Latar Belakang Pribadi dan Sosial
Robert King
Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di
pemukiman kumuh di Philadelphia Selatan. Awal mengubah namanya adalah pada usia
14 tahun, dari Meyer R. Schkolnick ke Robert Merlin kemudian menjadi Robert K.
Merton. Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan sopir truk. Keluarganya
adalah imigran yahudi. Merton dibesarkan dengan semangat belajar yang sangat
tinggi. Sebagai seorang anak, Merton selalu ditemukan sedang membaca buku di
Carnegie Library.
Karena
kepandaian Merton, ia mendapatkan beasiswa di Universitas Temple. Dari
universitas tersebut, ia mendapatkan gelar B.A, dan menjadi tertarik dengan
sosiologi. Dengan bantuan beasiswa pulalah, ia mendapatkan gelar MA dan Ph.D
dari Universitas Harvard. Robert K Merton Memulai karir sosiologis di bawah
bimbingan George E. Simpson di Temple University di Philadelphia (1927-1931)
,mulai bekerja sebagai asisten peneliti untuk Sorokin (1931-1936), Dia mengajar
di Harvard sampai tahun 1938, ketika ia menjadi profesor dan ketua Departemen
Sosiologi di Tulane University , Pada tahun 1941 ia bergabung dengan Columbia
University dan di penelitian-penelitian empiris, menjadi Giddings Profesor
Sosiologi pada tahun 1963. Pada tahun 1974 menjadi Profesor Layanan Khusus,
judul dilindungi oleh Wali Amanat untuk fakultas emeritus yang “memberikan jasa
khusus ke Universitas,” setelah pensiun pada tahun 1979, Dia adalah direktur
dari Universitas Biro Penelitian Sosial Terapan 1942-1971, Dia menarik diri
dari pengajaran pada tahun 1984. Sebagai penghargaan atas kontribusi yang
langgeng untuk beasiswa dan University, Columbia didirikan Robert K. Merton
Professor dalam Ilmu Sosial pada tahun 1990. merton sangat aktif dalam
penelitian-penelitian empiris sejak tahun 1941. Merton pernah menjadi pimpinan
Jurusan Sosiologi di Tulane, sebelum ulang tahunnya yang ke-31 dan datang ke
Columbia tahun 1941. Pada tahun 1957, merton terpilih sebagai presiden American
Socology Society. Hal yang cukup membanggakan ketika Merton menjadi Sosiolog
Amerika pertama yang mendapatkan penghargaan berupa National Medal of Science
dari presiden Amerika pada tahun 1994. Lebih dari 20 universitas besar juga
memberikan kepadanya gelar kehormatan, termasuk Harvard, Yale, Columbia dan
Chicago, Universitas Leiden, Wales, Oslo dan Kraków, Universitas Ibrani
Yerusalem dan Oxford.In 1994, Merton dianugerahi US National Medal of Science
dan sosiolog pertama untuk menerima hadiah.
Merton sudah menikah dua kali, pertama dengan Suzanne Carhart, dan yang ke dua dengan sesama sosiolog Harriet Zuckerman. Dari pernikahnnya dengan Suzanne Carhart Robert C. Merton punya satu putra dan dua putri dari perkawinan pertama, yaitu Robert C. Merton, pemenang tahun 1997 Hadiah Nobel di bidang ekonomi dan putrinya, Vanessa Merton, dia adalah Professor of Law at Pace University School of Law .Vanessa Merton, yang kini telah menjadi Guru Besar Hukum di Pace University School of Law. Robert K. Merton wafat pada tanggal 23 Februari 2003 dengan usia 93 tahun.
Merton sudah menikah dua kali, pertama dengan Suzanne Carhart, dan yang ke dua dengan sesama sosiolog Harriet Zuckerman. Dari pernikahnnya dengan Suzanne Carhart Robert C. Merton punya satu putra dan dua putri dari perkawinan pertama, yaitu Robert C. Merton, pemenang tahun 1997 Hadiah Nobel di bidang ekonomi dan putrinya, Vanessa Merton, dia adalah Professor of Law at Pace University School of Law .Vanessa Merton, yang kini telah menjadi Guru Besar Hukum di Pace University School of Law. Robert K. Merton wafat pada tanggal 23 Februari 2003 dengan usia 93 tahun.
Pengaruh Pemikiran atau Teori
Pemikiran setiap orang pasti ada yang mempengaruhinya baik lewat orangnya secara langsung maupun buku yang perna dibacanya, begitu halnya dengan Robert K Merton. Orang yang mepengaruhi pemikirannya adalah P.A. Sorokin yang mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, Robert K Merton pernah putus hubungan meskipun Robert K Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal penelitian yang dilakukannya sejak akhir 1930-an, kemudian Talcott Parsons yang lebih muda, yang pemikirannya berpuncak pada karya besarnya, Structure of Social Action; ahli biokimia dan juga sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari tentang disiplin investigasi ide-ide yang menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay, yang mengajari tentang pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang dapat direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu sejarah sains, George Sarton, yang mengizinkan saya bekerja di bawah bimbingannya selama beberapa tahun di bengkel kerjanya yang terkenal di Widener Library of Harvard. Selain guru-guru langsung tersebut saya juga banyak belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile Durkheim dan Georg Simmel, yang hanya bisa mengajari saya melalui karya-karya peninggalan mereka, dan dari humanis yang sensitif secara sosiologis, Gilbert Murray. Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak dari rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang telah diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih dari sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430) 5. Hasil Karya Merton Menengok kembali pada karya Robert K Merton menemukan lebih banyak pola didalamnya. Sejak awal Robert K Merton setelah digembleng bertahun-tahun sebagai mahasiswa Robert K Merton bertekad untuk mengembangkan intelektual yang dimilikinya. Merton belajar dai guru secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan karyanya.
Pemikiran setiap orang pasti ada yang mempengaruhinya baik lewat orangnya secara langsung maupun buku yang perna dibacanya, begitu halnya dengan Robert K Merton. Orang yang mepengaruhi pemikirannya adalah P.A. Sorokin yang mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, Robert K Merton pernah putus hubungan meskipun Robert K Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal penelitian yang dilakukannya sejak akhir 1930-an, kemudian Talcott Parsons yang lebih muda, yang pemikirannya berpuncak pada karya besarnya, Structure of Social Action; ahli biokimia dan juga sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari tentang disiplin investigasi ide-ide yang menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay, yang mengajari tentang pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang dapat direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu sejarah sains, George Sarton, yang mengizinkan saya bekerja di bawah bimbingannya selama beberapa tahun di bengkel kerjanya yang terkenal di Widener Library of Harvard. Selain guru-guru langsung tersebut saya juga banyak belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile Durkheim dan Georg Simmel, yang hanya bisa mengajari saya melalui karya-karya peninggalan mereka, dan dari humanis yang sensitif secara sosiologis, Gilbert Murray. Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak dari rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang telah diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih dari sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430) 5. Hasil Karya Merton Menengok kembali pada karya Robert K Merton menemukan lebih banyak pola didalamnya. Sejak awal Robert K Merton setelah digembleng bertahun-tahun sebagai mahasiswa Robert K Merton bertekad untuk mengembangkan intelektual yang dimilikinya. Merton belajar dai guru secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan karyanya.
Konteks Sosial Fungsionalis Struktural
Fungsionalis Struktural Robert K. Merton dapat diidentifikasikan dengan penelitiannya pada masyarakat Amerika Serikat, kelahiran teori sosial Merton berkaitan dengan situasi politik, ekonomi dan budaya dimana konteks teori sosial itu berada ditengah masyarakat. Merton berargumen bahwa fokus dari fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial, yang menurut Merto, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penesuaian sistem sosial” (1949/1968: 105). Akan tetapi terdapat bias ideologi jika orang hanya memusatkan perhatiannya pada adaptasi atau penyesuaian, karena adanya konsekuensi positif, dan perlu kita ketahui bahwa fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta sosial lain.
Untuk mensintesiskannya, maka Merton mengembangkan gagasannya mengenai disfungsi. Seperti halnya pada penelitian Merton mengenai Perbudakan di Amerika Serikat , yang berpendapat bahwa di Amerika Serikat belahan selatan perbudakan itu mengandung konsekuensi negatif bagi bagian-bagian lainnya. Namun, bagi orang kulit putih di bagian Amerika Serikat belahan selatan justru mengandung konsekuensi positif karena tersedianya tenaga kerja murah, dukungan bagi ekonomi kapas dan status sosial. Ini mengandung disfungsi, misalnya membuat warga selatan terlalu tergantung pada ekonomi pertanian dan dengan demikian masyarakat tidak siap enghadapi industrialisasi.
Setelah Merton memaparkan tentang disfungsi, kini ia telah mengemukakan gagasannya tentang nonfungsi, yang didefinisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sistem tersebut. termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk sosial yang “masih bertahan” sejak masa awal sejarah, entah itu mengandung konsekuensi positif maupun negatif masa lalu, tidak adanya efek yang signifikan bagi masyarakat sekarang.
Merton mengembangkan konsep keseimbangan mapan, untuk menjawab pertanyaan lebih penting manakah fungsi-fungsi positif atau negatif. Ia juga menambahkan gagasan, pasti ada level analisis fungsional, bahwa analisis dapat juga dilakukan terhadap organisasi, institusi atau kelompok.
Merton menjelaskan bahwa di dalam keseimbangan mapan, perbudakan itu sifatnya fungsional bagi unit-unit sosial tertentu, dan juga disfungsional bagi unit-unit sosial lain.
Konsep fungsi manifes dan fungsi laten dan mengarah pada konsep lainnya yaitu konsekuensi yang tidak terantisipasi. Menurut Merton, fungsi manifes pada perbudakan di Amerika Serikat, misalnya meningkatkan produktivitas ekonomi kawasan Selatan. Dan fungsi latennya yaitu adanya peningkatan status sosial warga kulit putih di Selatan karena terlalu banyak penghasil kelas budak.
Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional…konsekuensi-konsekuensi nonfungsional” (Merton, 1949/1968: 105).
Sementara itu, adanya diskriminasi terhadap kulit hitam, perempuan, dan kelompok minoritas lain merupakan disfungsi bagi masyarakat Amerika Serikat. Akan tetapi, hal ini juga mempengaruhi pihak-pihak yang melakukan diskriminasi dengan memberikan terlalu banyak orang yang berada dibawah perlindungan ketat dan meningkatnya konflik sosial. Dari kondisi ini, klasifikasi teori fungsional dapat mengarah pada suatu struktur yang disfungsional bagi sistem secara keseluruhan dan mungkin terus berlangsung. Namun, tidak semuanya struktur sosial itu tidak dapat diubah oleh sistem sosial, serta fungsionalisme itu membuka jalan bagi perubahan sosial penuh makna.
Analisis Merton mengenai hubungan antara kebudayaan, struktur dan anomi yakni ketidakmampuan bertindak menurut nilai-nilai normatif karena posisinya berada dalam struktur sosial masyarakat, serta kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial.
Dalam hal ini, Merton lebih terfokuskan pada disfungsi, yaitu anomi. Ia menghubungkan anomi dengan penyimpangan, dan berpendapat bahwa disjungsi antara kebudayaan dengan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam masyarakat.
Fungsionalis Struktural Robert K. Merton dapat diidentifikasikan dengan penelitiannya pada masyarakat Amerika Serikat, kelahiran teori sosial Merton berkaitan dengan situasi politik, ekonomi dan budaya dimana konteks teori sosial itu berada ditengah masyarakat. Merton berargumen bahwa fokus dari fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial, yang menurut Merto, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penesuaian sistem sosial” (1949/1968: 105). Akan tetapi terdapat bias ideologi jika orang hanya memusatkan perhatiannya pada adaptasi atau penyesuaian, karena adanya konsekuensi positif, dan perlu kita ketahui bahwa fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta sosial lain.
Untuk mensintesiskannya, maka Merton mengembangkan gagasannya mengenai disfungsi. Seperti halnya pada penelitian Merton mengenai Perbudakan di Amerika Serikat , yang berpendapat bahwa di Amerika Serikat belahan selatan perbudakan itu mengandung konsekuensi negatif bagi bagian-bagian lainnya. Namun, bagi orang kulit putih di bagian Amerika Serikat belahan selatan justru mengandung konsekuensi positif karena tersedianya tenaga kerja murah, dukungan bagi ekonomi kapas dan status sosial. Ini mengandung disfungsi, misalnya membuat warga selatan terlalu tergantung pada ekonomi pertanian dan dengan demikian masyarakat tidak siap enghadapi industrialisasi.
Setelah Merton memaparkan tentang disfungsi, kini ia telah mengemukakan gagasannya tentang nonfungsi, yang didefinisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sistem tersebut. termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk sosial yang “masih bertahan” sejak masa awal sejarah, entah itu mengandung konsekuensi positif maupun negatif masa lalu, tidak adanya efek yang signifikan bagi masyarakat sekarang.
Merton mengembangkan konsep keseimbangan mapan, untuk menjawab pertanyaan lebih penting manakah fungsi-fungsi positif atau negatif. Ia juga menambahkan gagasan, pasti ada level analisis fungsional, bahwa analisis dapat juga dilakukan terhadap organisasi, institusi atau kelompok.
Merton menjelaskan bahwa di dalam keseimbangan mapan, perbudakan itu sifatnya fungsional bagi unit-unit sosial tertentu, dan juga disfungsional bagi unit-unit sosial lain.
Konsep fungsi manifes dan fungsi laten dan mengarah pada konsep lainnya yaitu konsekuensi yang tidak terantisipasi. Menurut Merton, fungsi manifes pada perbudakan di Amerika Serikat, misalnya meningkatkan produktivitas ekonomi kawasan Selatan. Dan fungsi latennya yaitu adanya peningkatan status sosial warga kulit putih di Selatan karena terlalu banyak penghasil kelas budak.
Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional…konsekuensi-konsekuensi nonfungsional” (Merton, 1949/1968: 105).
Sementara itu, adanya diskriminasi terhadap kulit hitam, perempuan, dan kelompok minoritas lain merupakan disfungsi bagi masyarakat Amerika Serikat. Akan tetapi, hal ini juga mempengaruhi pihak-pihak yang melakukan diskriminasi dengan memberikan terlalu banyak orang yang berada dibawah perlindungan ketat dan meningkatnya konflik sosial. Dari kondisi ini, klasifikasi teori fungsional dapat mengarah pada suatu struktur yang disfungsional bagi sistem secara keseluruhan dan mungkin terus berlangsung. Namun, tidak semuanya struktur sosial itu tidak dapat diubah oleh sistem sosial, serta fungsionalisme itu membuka jalan bagi perubahan sosial penuh makna.
Analisis Merton mengenai hubungan antara kebudayaan, struktur dan anomi yakni ketidakmampuan bertindak menurut nilai-nilai normatif karena posisinya berada dalam struktur sosial masyarakat, serta kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial.
Dalam hal ini, Merton lebih terfokuskan pada disfungsi, yaitu anomi. Ia menghubungkan anomi dengan penyimpangan, dan berpendapat bahwa disjungsi antara kebudayaan dengan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam masyarakat.
Pengaruh Teori
Robert K Merton merupakan tokoh sosial aliran positivistik (empiris). Aliran tersebut muncul dari pengaruh dorongan pemikiran P. A. Sorokin yang mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, meskipun ia pernah putus hubungan dan Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal penelitian yang dilakukannya sejak akhir 1930-an. Lalu, Talcott Parsons yang lebih muda, yang pemikirannya berpuncak pada karya besarnya, Structure of Social Action; ahli biokimia dan juga sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari tentang disiplin investigasi ide-ide yang menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay, yang mengajari tentang pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang dapat direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu sejarah sains, George Sarton, yang mengizinkan saya bekerja di bawah bimbingannya selama beberapa tahun di bengkel kerjanya yang terkenal di Widener Library of Harvard. Selain guru-guru langsung tersebut saya juga banyak belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile Durkheim dan Georg Simmel, yang hanya bisa mengajari saya melalui karya-karya peninggalan mereka, dan dari humanis yang sensitif secara sosiologis, Gilbert Murray.
Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak dari rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang telah diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih dari sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430).
Robert K Merton merupakan tokoh sosial aliran positivistik (empiris). Aliran tersebut muncul dari pengaruh dorongan pemikiran P. A. Sorokin yang mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, meskipun ia pernah putus hubungan dan Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal penelitian yang dilakukannya sejak akhir 1930-an. Lalu, Talcott Parsons yang lebih muda, yang pemikirannya berpuncak pada karya besarnya, Structure of Social Action; ahli biokimia dan juga sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari tentang disiplin investigasi ide-ide yang menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay, yang mengajari tentang pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang dapat direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu sejarah sains, George Sarton, yang mengizinkan saya bekerja di bawah bimbingannya selama beberapa tahun di bengkel kerjanya yang terkenal di Widener Library of Harvard. Selain guru-guru langsung tersebut saya juga banyak belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile Durkheim dan Georg Simmel, yang hanya bisa mengajari saya melalui karya-karya peninggalan mereka, dan dari humanis yang sensitif secara sosiologis, Gilbert Murray.
Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak dari rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang telah diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih dari sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430).
Daftar pustaka : http://blog.unnes.ac.id/prestia/2015/12/04/teori-struktural-fungsional-robert-k-merton/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar