Sadisme
terhadap Anak
Penganiayaan terhadap anak merupakan bentuk
perilaku menyimpang yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi dalam
masyarakat. Keluarga yang menjadi tempat berliindung dan mencari kasih sayang,
justru menjadi neraka yang menakutkan. Sadisme terhadap anak secara kuantitas
dan kualitas semakin meningkat, bukan hanya penganiayaan yang bisa
mengakibatkan gangguan fisik, tetapi juga gangguan psikis (trauma)
berkepanjangan.
Berdasarkan teori psikologis sosial, seseorang
mampu melakukan tndakan kekerasan dan sadisme karena merasa frrustasi dan
kecewa. Perasaan frustasi dan kecewa ini bisa dipicu oleh berbagai hal, salah
satunya faktor ekonomi. Bagaimana pun bentuknya, sadisme terhadap anak
merupakan bentuk perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan norma-norma,
baik norma agama, norma sosial, maupun norma hukum.
Kekerasan anak mempunyai beberapa bentuk, Aan
Prayogo mengatakan bahwa di negara berkembang lebih banyak penganiayaan fisik
dan penelantaran anak, sedangkan dinegara-negara maju lebih banyak penganiayaan
seksual dan penganiayaan emosional.
Bentuk-bentuk penganiayaan emosional, yaitu :
§ Rejeckting, yaitu orang tua menunjukan perilaku menolak anak, anak tidak diharapkan, meninggalkan anak,
memanggil anak dengan sebutan tidak berharga, tidak berbicara kepada anak, dan
bahkan mengkambing hitamkan anak sebagai penyebab masalah keluarga.
§ Ignoring, yaitu orang tua tidak menunjukan kedekatan dengan anaknya dan
tidak menyukai anak-anak atau orang tua hanya secara fisik saja bersama-sama
anaknya.
§ Terorizing, yaitu orang tua yang mengkritik secara tidak proposional,
menghukum, mengolok-olok, dan mengharapkan anak memiliki kemampuan seperti yang
diinginkan orang tua.
§ Isolating, yaitu orang tua yang tidak menginginkan anaknya beraktivtas
secara proposional bersama-sama rekan sebayanya.
§ Corrupting, yaitu orang tua mengajarkan yang salah atau melanggar norma
kepada anak.
Daftar pustaka : Wartono, Tarsisius dkk.
2007.Sosiologi. Jakarta : Yudishtira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar