Senin, 26 Desember 2016

Sadisme terhadap Anak



Sadisme terhadap Anak
Penganiayaan terhadap anak merupakan bentuk perilaku menyimpang yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi dalam masyarakat. Keluarga yang menjadi tempat berliindung dan mencari kasih sayang, justru menjadi neraka yang menakutkan. Sadisme terhadap anak secara kuantitas dan kualitas semakin meningkat, bukan hanya penganiayaan yang bisa mengakibatkan gangguan fisik, tetapi juga gangguan psikis (trauma) berkepanjangan.
Berdasarkan teori psikologis sosial, seseorang mampu melakukan tndakan kekerasan dan sadisme karena merasa frrustasi dan kecewa. Perasaan frustasi dan kecewa ini bisa dipicu oleh berbagai hal, salah satunya faktor ekonomi. Bagaimana pun bentuknya, sadisme terhadap anak merupakan bentuk perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan norma-norma, baik norma agama, norma sosial, maupun norma hukum.
Kekerasan anak mempunyai beberapa bentuk, Aan Prayogo mengatakan bahwa di negara berkembang lebih banyak penganiayaan fisik dan penelantaran anak, sedangkan dinegara-negara maju lebih banyak penganiayaan seksual dan penganiayaan emosional.
Bentuk-bentuk penganiayaan emosional, yaitu :
   §   Rejeckting, yaitu orang tua menunjukan perilaku menolak anak, anak  tidak diharapkan, meninggalkan anak, memanggil anak dengan sebutan tidak berharga, tidak berbicara kepada anak, dan bahkan mengkambing hitamkan anak sebagai penyebab masalah keluarga.
   §   Ignoring, yaitu orang tua tidak menunjukan kedekatan dengan anaknya dan tidak menyukai anak-anak atau orang tua hanya secara fisik saja bersama-sama anaknya.
   §   Terorizing, yaitu orang tua yang mengkritik secara tidak proposional, menghukum, mengolok-olok, dan mengharapkan anak memiliki kemampuan seperti yang diinginkan orang tua.
   §   Isolating, yaitu orang tua yang tidak menginginkan anaknya beraktivtas secara proposional bersama-sama rekan sebayanya.
   §   Corrupting, yaitu orang tua mengajarkan yang salah atau melanggar norma kepada anak.


Daftar pustaka : Wartono, Tarsisius dkk. 2007.Sosiologi. Jakarta : Yudishtira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar