A.
Teknologi
Pendidikan/Pembelajaran
Secara
historis, bidang ini disebut juga sebagai “Teknologi Pendidikan” atau
“Teknologi Pembelajaran”. Mereka yang setuju dengan istilah Teknologi
Pembelajaran mempunyai dua pendapat. Pertama,
karena kata “Pembelajaran” lebih sesuai dengan fungsi teknologi. Kedua,
karena kata “Pendidikan” lebih sesuai untuk hal-hal yang berhubungan dengan
sekolah atau lingkungan pendidikan. Banyak yang beranggapan bahwa istilah
“Pembelajaran” tidak hanya mencakup pengertian pendidikan mulai TK sampai SLTA,
melainkan juga mencakup situasi pelatihan (training).
Menurut Knirk dan Gustafson (1986) kata “Pembelajaran” khususnya berkenaan
dengan permasalahan belajar dan mengajar, sedangkan “Pendidikan” terlalu luas
karena mencakup segala aspek pendidikan.
Sebaliknya mereka yang setuju dengan
istilah “Teknologi Pendidikan” berdalih bahwa karena pembeljaran (instruction) dianggap oleh banyak orang
sebagai bagian dari pendidikan, maka sebaiknya dipakai istilah yang memberikan
cakupan yang lebih luas (AECT: 1977; Saettler, 1990). Mereka beranggapan bahwa
kata “Pendidikan” merujuk pasa aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar
di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Sedangkan kata “Pembelajaran” hanya
merujuk paada hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah saja.
Kedua kelompok nampaknya menggunakan
alasan yang sama untuk membenarkan istilah masing-masing. Ada juga kelompok
lain yang bertahun-tahun menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian.
Menurut catatan Finn tahun 1965, hal ini sudah berlangsung hampir tiga puluh
tahun. Istilah “Teknologi Pendidikan”
lebih lazim digunakan di Inggris dan Kanada; sedang “Teknologi Pembelajaran”
saat ini lebih banyak digunakan di Amerika Serikat.
Definisi yang ditetapkan oleh AECT
tahun 1977 juga membedakan “Teknologi Pendidikan” dengan “Teknologi Pembelajaran”
dan “Teknologi dalam Pendidikan” tergantung dari lingkup masing-masing istilah.
Pada tahun 1977, istilah “Teknologi Pendidikan” digunakan untuk menjelaskan
bagian (subset) pendidikan yang
menyangkut segala aspek pemecahan permasalahan belajar manusi melalui proses
yang rumit dan saling berkaitan. Dengan demikian, “Teknologi Pendidikan”
mencakup pengertian belajar melalui media massa serta sistem pelayanan
pembelajaran (support system for
instruction) termasuk sistem pengelolaan (management). “Teknologi dalam Pendidikan” digunakan untuk
menjelaskan penerapan teknologi pada sistem pelayanan pendidikan (support system for education) seperti
pelaporan nilai, penjadwalan dan keuangan. Teknologi Pembelajaran didefinisikan
sebagai bagian (subset) dari Teknologi
Pendidikan dengan alas an bahwa instruksi (atau pembelajaran) merupakan bagian
dari pendidikan yang bersifat terarah
(purposive) dan terkendali
(controlled) saja.
Sejak tahun 1977 perbedaan antara
ketiga istilah tersebut telah menghilang. Kini ketiga istilah tersebut dipakai
untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan
pembelajaran. Sekarang profesi ini makin lama makin memusatkan kegiatannya dan
konsep-konsepnya ke arah pembelajaran, meskipun pembelajaran tersebut lebih
bersifat sekali-kali atau tidak langsung, daripada yang sengaja disusun dan
diawasi.
Dengan
perkataan lain, penekanan pada aspek-aspek yang menyangkut permasalahan
pendidikan menjadi berkurang dan pada pembelajaran yang disengaja maupun yang
tidak disengaja menjadi semakin bertambah. Oleh karena itu, sukarlah untuk
mempertahankan pendapat bahwa “Teknologi Pembelajaran” dan “Teknologi dalam
Pendidikan” merupakan bagian (subset) dari
“Teknologi Pendidikan”.
Pada saat ini istilah “Teknologi
Pendidikan” dan “Teknologi Pembelajaran”digunakan secara bergantian oleh
kebanyakan insane profesi dalam bidang ini. Karena istilah “Teknologi
Pembelajaran” (a) dewasa ini lazim dipakai di Amerika Serikat, (b) mencakup
banyaknya lingkungan pemanfaatan, (c) menggambarkan fungsi teknologi dalam
pendidikan secara lebih tepat, dan (d) dalam satu batasan dapat merujuk, baik
pada belajar maupun pembelajaran, maka istilah “Teknologi Pembelajaran”
digunakan dalam definisi 1994 ini, meskipun kedua istilah tersebut dianggap
sinonim.
Menurut Puskur
Diknas Indonesia, Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan
Teknologi Komunikasi.
a.
Teknologi
Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
b.
Teknologi
Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat
bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan
yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala
kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan
transfer/pemindahan informasi antar media
B.
Hakikat
Komunikasi
Apa yang
dimaksud komunikasi? Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk
memengaruhi penerima pesan.
Dari konsep di atas paling tidak ada
dua hal yang memaknai komunikasi. Pertama,
komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mncapai tujuan komunikasi
itu sendiri. Dengan demikian proses komunikasi terjadi bukan secara kebetulan,
akan tetapi dirancang dan diarahkan kepada pencapaian tujuan. Kedua,dalam proses komunikasi selamanya
melibatkan tiga komponen penting, yakni sumber pesan,yaitu orang yang akan
menyampaikan atau mengomunikasikan sesuatu, pesan itu sendiri atau
segala sesuatu yang ingin disampaikan atau materi komunikasi dan penerima
pesan, yaitu orang yang akan menerima informasi. Ketiga komponen
tersebut merupakan komponen dasar dalam proses komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar