BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Goodenough
(dalam kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa kebudayaan adalah suatu sistem
kognitif yaitu suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan
nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Dalam
masyarakat, setiap daerah memiliki budayanya masig-masing yang disebut budaya
lokal. Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu
daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari
waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau
hukum adat. Budaya lokal merupakan asset Negara yang perlu dijaga,
dikembangkan, dan dipertahankan. Budaya lokal merupakan suatu kekhasan yang
membedakan suatu daerah dengan daerah lainnya.Berbicara mengenai budaya lokal,
banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman
budaya lokal. dalam hal ini adapun pengertian keberagaman budaya lokal adalah keanekaragaman
budaya yang di miliki oleh suatu daerah. Seperti halnya yang ada pada daerah provinsi
banten yang memiliki begitu banyak keragaman budaya.
Banten
merupakan daerah yang memiliki tinggalan warisan nenek moyang yang beragam.
Berbagai sumber daya budaya dan sumber daya alam yang cukup menarik berhasil
ditemukan di wilayah ini. Tinggalan sumber daya budaya menandai tingkat
kemampuan menguasai pengetahuan dalam merealisasikan rasa, cipta, dan karsa.
Sumber daya budaya dalam bentuk benda cagar budaya merupakan cermin jati diri
bangsa. Hal ini uga membuktikan adanya nilai-nilai luhur yang perlu dipelajari,
diketahui, dipahami yang dapat dikembangkan sebagai “sense of belonging” yang
bermuara pada rasa kebanggan nasional.
Arti
pentingnya warisan budaya bangsa memiliki kaitan erat dengan budaya, ilmu
pengetahan, teknologi dan pariwisata. Sumber daya budaya yang begitu tinggi
nilainya di daerah Banten memiliki kekuatan sebagai pemersatu bangsa, sebagai
salah satu objek untuk mencerdasakan bangsa dan sebagai objek pariwisata yang dapat
membantu pemasukan daerah. Dengan demikian kebudayaan tentunya memiliki
ciri-ciri serta fungsi yang membentuknya dan hal tersebut harus dilestarikan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan budaya lokal?
2. Apa
saja unsur-unsur budaya lokal?
3. bagaimana
sejarah peradaban banten?
4. Bagaimanakah
keberagaman budaya banten?
5. Bagaimana
upaya pelestarian budaya banten?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan budaya lokal
2. Untuk
mengetahui unsur-unsur dari budaya lokal
3. Untuk
mengetahui sejarah peradaban Banten
4. Untuk
mengetahui bagaimana ragam budaya di Banten
5. Untuk
mengetahui bagaimana pelestarian budaya Banten
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi
penulis
Menambah pengetahuan
dan wawasan tentang budaya lokal dan keberagaman budaya khususnya di Banten
2. Bagi
pembaca
Mengenal budaya di Banten dan
keberagaman budaya Banten
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pegertian
Budaya Lokal
A. Pengertian Kebudayaan
Istilah ”culture” (kebudayaan) berasal dari bahasa Latin
yakni ”cultura” dari kata dasar ”coler” yang berarti ”berkembang tumbuh”.
Secara umum pengertian ”kebudayaan” mengacu kepada kumpulan pengetahuan yang
secara sosial yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna
ini kontras dengan pengertian ”kebudayaan” sehari-hari yang hanya merujuk
kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan
kesenian (D’Andrade, 2000: 1999).
Berikut ini merupakan beberapa pengertian kebudayaan menurut
para ahli:
1.
Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan merupakan semua
hasil karya, rasa, dan cipta manusia.
2.
Koentjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia
dengan belajar.
B.
Budaya
Lokal
Budaya lokal merupakan suatu kebiasaan dan adat istiadat
daerah tertentu yang lahir secara alamiah, berkembang, dan sudah menjadi
kebiasaan yang susah diubah. Budaya masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman
(pedesaan) yang tinggal di daerah pantai tentu berbeda. Budaya lokal masyarakat
pedalaman (pedesaan) terlihat tenang dengan karakteristik
masyarakatnya
yang cenderung tertutup. Sedangkan budaya lokal masyarakat yang tinggal di
daerah pantai terlihat keras dengan karakteristik masyarakatnya yang relatif
lebih terbuka. Budaya lokal dalam pengertian tersebut terkait langsung dengan
daerah. Seiring perkembangan jaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini budaya
lokal dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki sejumlah orang. Budaya
lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat
tertentu. Pengertian budaya lokal sering dihubungkan dengan kebudayaan suku
bangsa. Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok
etnik. Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsudi Suparlan, suku
bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa
diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antar budaya. Budaya lokal
atau dalam hal ini budaya suku bangsa menjadi identitas pribadi ataupun
kelompok masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri yang telah menjadi identitas itu
melekat seumur hidup seiring kehidupannya.
Budaya Lokal adalah
budaya yang yang berkembang di daerah-daerah dan merupakan milik suku-suku
bangsa di wilayah nusantara Indonesia. Budaya lokal hidup dan berkembang di
masing-masing daerah/suku bangsa yang ada di seluruh Indonesia. Budaya lokal
adalah budaya yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui oleh
masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya tumbuh dan berkembang
dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu karena warisan turun-temurun
yang dilestarikan.
2.2Unsur-unsur
Kebudayaan
Satuan
terkecil dalam suatu kebudayaan disebut unsur kebudayaan atau
”trait”.Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:
A.Unsur-unsur
Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan merupakan bagian suatu kebudayaan
yang dapat digunakan sebagai suatu analisis tertentu. Menurut Kluchklon ada
tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
1.Sistem
Religi dan Upacara Keagamaan
Merupakan produk manusia untuk
membujuk kekuatan lain yang berada di atasnya, yaitu Yang Maha Besar untuk
menuruti kemauan mereka.
2.Sistem
Organisasi Kemasyarakatan
Merupakan usaha manusia untuk
menutupi kelemahan individu mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3.Sistem
Pengetahuan
Merupakan kemampuan manusia untuk
mengetahui, mengingat, kemudian mengolah dan menyampaikannya pada orang lain.
4.Sistem
Mata Pencaharian Hidup
Merupakan usaha manusia untuk
mencukupi kebutuhan jasmaninya, untuk dapat bertahan hidup.
5.Sistem
Teknologi dan Peralatan
Merupakan hasil olah pikir manusia
untuk mempermudah dalam mengetahui segala sesuatunya sehingga manusia dapat
menciptakan atau menggunakan alat tersebut.
6.Bahasa
Bahasa dan budaya merupakan dua
aspek kehidupan manusia yang tidak terpisahkan satu dari yang lain. Bahasa
adalah entitas suatu budaya. Dalam bahasa itu terkandung muatan budaya
penuturnya, termasuk nilai moral dan etika. Ia sekaligus merupakan sarana
mengekspresikan budaya itu sendiri. Ia juga merupakan cerminan budaya
pemakainya. Sapir (dalam Blount,1974) menyatakan bahwa kandungan setiap budaya
terwujud di dalam bahasanya. Tidak ada materi bahasa, baik isi maupun bentuk
yang tidak dirasakan sebagai melambangkan makna yang dikehendaki, tanpa
mempedulikan sikap apapun yang ditunjukkan oleh budaya lain. Wittgenstein
(1981) juga dengan tegas menyatakan
bahwa dalam bahasa yang kita pergunakan tersirat suatu orientasi hidup atau apa
yang disebut weltanshauung. Orientasi hidup ini bukan saja mencakup
konsep-konsep yang kita anut mengenai alam sekitar kita, tetapi juga
kebudayaan, perasaan serta takhayul-takhayul. Keyakinan yang kita anut pun juga
tersirat dalam bahasa yang kita pergunakan.
7.Kesenian
Merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan psikisnya, dalam hal ini tentunya mengarah pada sebuah
tujuan akhir, yaitu estetika (keindahan). Dengan kesenian manusia dapat
mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi apa yang mereka angap
pantas dan indah.
2.3
Sejarah banten
Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota
pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur.
Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah
satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti
Cidanghiyangatau prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci
Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru
ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan
ini akibat serangan kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung
Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan
oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires,
penjelajah Portugis pada
tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan
Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan
kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara
(Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali
dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan
merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana
Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten
Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin,
menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibukota atau pakuan (berasal dar kata
pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat
dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya
Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari
Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran
200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu
itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka
tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan
memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda
yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja.
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana
dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar
dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di pertengahan
pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850
depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih
panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana
kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada
sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu
kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah
benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan.
Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat,
dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun
yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan
sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun.
Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut
Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya.
Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung.
Pada
awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting
dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern
pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian
masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi
provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk
pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang
Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah
datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul
sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah
armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris
pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang
Belanda.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih
luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West
Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang
diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam
Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438,
dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West
Java disamping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
2.4 Keberagaman Budaya masyarakat banten
a. Budaya
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain
dapat hidup berdampingan dengan damai.Potensi dan kekhasan budaya masyarakat
Banten, antara lain :
1.
Kabupaten lebak :
a.
Kasepuhan cisunsang,disana
terdapat kebudayaan seren tahun atau perayaan panen yakni tradisi yang masih
dipertahankan masyarakat secara turun menurun. Mempersembahkan tradisi ini
merupakan perwujudan rasa syukur atas hasil panen padi yan diberikan oleh sang
khalik. Upacara seren taun merupakan
ritual tahunan yang khusus digelar untuk memohon berkah serta memanjatkan rasa
syukur atas pemberian alam agar hasil tahun panen mendatang lebih meningkat.
b.
Masyarakat adat baduy,
masyarakat tradisional baduy terletak di desa kanekes kecamatan leuwi damar
kabupaten lebak. Masyarakat tradisional baduy merupakan suku yang unik, yang
terbagi dalam 2 bagian yaitu baduy luar dan baduy dalam, mereka hidup selaras
dengan alam dan menghindari kehidupan dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah,
memelihara hewan yang berkaki empat, berpergian dengan kendaraan, menggunakan alat elektronik,
dengan mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bercocok tanam padi huma.
Kekaguman untuk menggambarkan komunitas masyarakat tradisional baduy, tidak
hanya pada masyarakat dan tata nilai budaya yang sampai saat ini masih
dipertahankan keasliannya, mencerminkan bahwa masyarakat baduy hidup dan
harmonis dengan alam dan lingkungannya. Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy.
Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara
berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan
Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran
Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah
titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak
boleh dirusak. Rumah tradisional masyarakat baduy sangat mempertahankan gaya
arsitektur tradisional, bentuknya sederhana
tetapi menarik dengan letak tertata rapih yang menghadap utara-selatan
mencerminkan bahwa masyarakat baduy peduli terhadap estetika alam dan
lingkungan.
Kampung-kampung baduy luar mempunyai tugas menjaga dan melindungi
keberadaan kampong baduy dalam. Ini dimaksudkan agar keutuhan nilai-nilai
kebaduy-an tetap utuh dan lestari hingga akhir zaman, orang baduy meyakini,para
orang tua di baduy dalam adalah “orang suci” yang sedang bertapa menjaga pancer
bumi dan secara intensif melakukan komunikasi batin dengan Tuhan pencipta alam.
Banyak orang dari luar yang datang ke Baduy Dalam untuk menyampaikan permintaan
atau belajar ilmu kebatinan, karena orang baduy dalam sebagai orang suci,
bersih. Kesucian dan kebersihan jiwa mereka dianggap bisa langsung berhbungan
dengan Tuhan dan juga mampu merasakan getaran alam serta mampu membaca
tanda-tanda zaman.
c.
Masyarakat adat citorek,
masyarakat adat citorek memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu masih
mempertahankan nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh para sesepuhnya sebagai
sarana dalam menyeimbangkan antara lingkungan kehidupan alam dan sosial
masyarakat, hal ini diperlukan agar lingkungan alam dan budaya tetap terjaga
sebagai suatu warisan kepada anak cucunya. Hal yang unik yang masih bisa di
jumpai dimana masyarakat adatnya masih menjalani tradisi-tradisi ritual seperti
neres, sedekah bumi, dan seren taun, dimana seren taun merupakan tradisi yang
masih dilaksanakan di daerah adat kaolotan citorek. Secara geografis daerah ini
berada di wilayah gubung halimun tepatnya dikecamatan cibeber kabupaten lebak
yang dikawasan ini pula terdapat situs masa pra sejarah yaitu lebak si bedug.
Dikabupaten lebak terdapat tempat wisata yang menarik seperti pantai
sawarna, pantai tanjung layar, pantai bagedur, pantai pasir putih suka hujan,
pantai cihara, pantai karang taraje, pantai pulau manuk, pantai karang
songsong, curug cihear, sungai cibeurang, arum jeram, sungai ciberang, lebak
sibedug.
2.
Kabupaten serang
Di daerah ini memiliki budaya berupa beragam kerajian seperti :
a.
Keramik bumi jaya, banten
memiliki kerajinan khas daerah salah satunya adalah kerajinan keramik. Yang
dihasilkan oleh masyarakat desa bumi jaya kecamatan ciruas kabupaten serang,
yang terkenal dengan kekuatan bahannya, karena tanah lepungnya memiliki
kualitas yang baik sebagai bahan pembuatannya, dibuat oleh masyarakat setempat
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan berbagai
desain dan motif. Keramik ini dipasarkan dipasar lokal, regional, dan ekspor.
b.
Golok ciomas, kerajinan
golok banyak tersebar di daerah banten, sering disebut sebagai kerajinan pande
golok, namun yang paling termashur bahkan konon terkenal dengan kesaktiannya,
yaitu golok yang berasal dari daerah ciomas kecamatan padarincang, kabupaten
serang, di daerah terebut kerajinan golok dibuat secara turun temurun, bahkan
telah menjadi profesi sebgian warga sekitar.
c.
Kesenian budaya putih, kesenian
tradisional yang berkembang di kampong curug dahu desa kadubeureum kabupaten
serang, iringan arak buaya putih biasanya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan
bahan-bahan keperluan hajatan yag menjadi ciri khas daerah setempat, dimana
keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bamboo yang
dibentuk kerangka mirip seekor buaya.
Wisata yang terdapat di daerah ini yaitu pantai mercusuar anyer,
pantai anyer, pantai karangbolong, gunung anak Krakatau, pantai pandulu
sambolo, pantai tanjung tum, rawa dano, gunung santri, bendungan pamarayan,
menhir baros, situs patapan situ wulandira, situ tasik kardi
3.
Kabupaten tangerang :
Merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di provinsi
banten, berdasarkan sejarah pembentukannya ditindaklanjuti dengan UUD no 14
tahun 1950 tentang pembentukkan daerah daerah kabupaten dalam lingkungan
provinsi jawa barat. Pada era otonomi daerah sebagai mana diatur dalam uud
no.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, telah terjadi dinamika sosial
politik yang cukup signifikan, salahsatu diantaranya adalah terbentuknya
provinsi banten sebagaimana diatur dalam UUD no.23 tahun 2000 tentang
pembentukan provinsi banten, dimana sejak tanggal 4 oktober 2000, kabupaten
tangerang yang semula bagian dari wilayah provinsi jawa barat resmi menjadi
bagian wilayah administrative provinsi banten.
a.
Vihara tjoe soe kong, berada
di tepi pantai tanjung kait desa tanjung anom kecamatan mauk-kebupaten
tangerang. Diperkirakan dibangun pada tahun 1792. Sebagai tempat peribadatan
umat kong hu chu. Pengunjung vihara berasal dari dalam kota, luar kota bahkan
dari Malaysia dan singapura yang berkunjung secara rutin. Makam dwi neng berada
tidak jauh dari komplek vihara dan banyak dikunjungi oleh peziarah.
b.
Makam keramat panjang, makam
ini luasnya kurang lebih 1Ha berada di kampong keramat Desa Sukawali Kecamatan
Paku Hji yang berjarak 30 km dari kota Tangerang, makam ini adalah makam Habib
Abdullah bin Ali yang wafat pada tahun 300 Hijriyah. Peziarah yang datang
selain dari Tangerang, ada juga yang datang dari Jakarta, indramayu, bogor,
bekasi, depok, Madura, bahkan ada juga peziarah yang datang dari Turki. Umumnya
para peziarah datang pada setiap malam jum’at dan pada hari-hari besar islam.
c.
Kesenian marawis. Kesenian bernuansa islami yang berkembang di
Tangerang, kesenian ini pada awalnya di bawa oleh orang Yaman, dan sangat
menarik karena di dalamnya terdapat kombinasi music perkusi diiringi vocal dan
tabuhan ritmis yang dinamis yang dimainkan oleh 16 sampai 18 orang pemain
laki-laki terdiri dari pemain musik, penyanyi dan penari.
Wisata yang
terdapat di kabupaten Tangerang antara lain Pulau cangkir, pantai tanjung kait,
pantai tanjung pasir, citra raya water world, situ cihuni, peziarahan keramat
solear, dan lain sebagainya.
4.
Kota tangerang :
Sebagai bagian dari sebuah kawasan besar yang bernama tangerang,
kota tangerangpun memiliki beragam benda budaya dari masa lalu. Akan tetapi
dari aspek kesejarahan dan kepurbakalaan sangat sedikit yang dapat
diungkapkankarna keterbatasan sumber sejarah dan data arkeologi kepurbakalaan
dari masa yang terkini pun(periode islam) masih sebatas pada bangunan
kelenteng/vihara, masjid dan makam-makam.
a.
Vihara boen tek bio, vihara
tertua di tangerang, dibangun pada tahun 1684. Boen tek bio artinya kebajikan
setinggi gunung dan sedalam lautan. Vihara ini selain sebagai tempat beribadah
umat kong hu chu dan tao juga memiliki berbagai aktivitas bidang pendidikan,
kegiatan sosial, seni budaya seperti perlombaan perahu naga, barongsai, dan
liong yang dikemas dalam perayaan peh chun.
b.
Barongsai, kesenian yang
berkembang di tangerang, terdiri dari beberapa jenis antara lain : kilin,
peking say, lang say, dan samujie. Kesenian yang menampilkan singa batu model
dari cieh say ini ada bermacam-macam, dimana yang utama mengikuti dua aliran,
yaitu aliran utara dan selatan, yang dimaksud adalah sebelah utara sunga yang
zi, bentuknya garang, badannya tegap, mulutnya oersegi seperti yang kita lihat
dikelompok istana kekaisaran di Beijing, sedangkan aliran selatan adalah
terdapat di sebelah selatan sungai yang zi bentuknya kebih bervariasi dan
luwes, tapi kurang gagah. Aliran selatan pada umumnya berada di
klenteng-klenteng Indonesia kususnya di kota tangerang.
c.
Festival cisadane, merupakan
lomba perahu naga, erahu tradisional(kole-kle), bazar dan pagelaran seni
tradisionl yang di selenggarakan di bantaran kali cisadane, yang telah menjadi
event tahunan pemerintah kota tangerang, event ini bertujuan untuk
mempromosikan potensi wisata dan media hiburan/ pesta rakyat agar mampu
memberikan tampilan yang menjadi daya tarik wisatawan
d.
Taro cokek, kesenian ini
merupakan perpaduan antara kesenian cina dan sunda yang mempunyai keunikan
tersendiri, yang pada awalnya berkembang di daerah betawi. Ksenian cokek
berkembang di kota tangerang di daerah sela pajang jaya dan neglasari khususnya
ditapilkan di rumah kawin cina yang diiringi oleh musik gampang kromo. Kesenian
lainnya yang berkembang di kota tangerang antara lain, lenong, rebana
ketimpring, tanjidor, marawis sebagai kesenian yang bernuansa islam.
e.
Masjid kali pasir,
peninggalan masa kejayaan islam di kota tangerang yaitu peninggalan
masjid-masjid tua yang sampai sekarang masih kokoh berdiri. Untuk saat ini
masjid-masjid tersebut menjadi tujuan wisata ziarah.
5.
Kota cilegon :
Cilegon dari aspek ksejarahan dan kepurbakalaan sangat sedikit
untuk diungkap karena keterbatasan sumber sejarah dan data-data arkeologis.
Bukti-bukti arkeologis dari masa prasejarah hingga masa klasik sampai sejauh
ini belum ada yang ditemukan. Kepurbakalaan dari masa islam yang masih ada pun
hanya sebatas :
a.
Batu lawang. Terletak di kawasan gunung batur,
menyajikan petualangan perjalanan yang menantang melalui jalan yang setapak
berkelok-kelok, mendaki perbukitan yang ada. Kurang lebih berjarak 5-6 km, atau
dapat ditempuh selama kurang kebih 2-3 jam perjalanan.
b.
Bendrong Lesung. Merupakan
salah satu kesenian tradisional unggulan kota cilegon yang tumbuh dan
berkembang secara turun temurun di lingkungan masyarakat sampai sekarang.
Kesenian tradisional bendrong lesung ini pada mulanya adalah tradisi masyarakat
desa dalam menyambut panen raya sebagai ungkapan kebahagiaan atas jerih payah
yang dilakukan dan telah membuahkan hasil panen.
6.
Kota serang :
a.
Keratin kaibon, merupakan
tempat kediaman ib ratu asyiah, ibunda sultan syafiuddin. Pada tahun 1832
kerato ini di bongkar oleh pemerintah hindia-belanda, yang tersisa sekarang
hanya pnodasi dan tembok-tembok serta gapuranya saja. Keraton ini mempunyai
sebuah pintu besar yang dinamai pintu dalem. Di pintu gerbang sebelah barat
menuju masjid kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin.
b.
Masjid agung banten,
didirikan pada masa pemerintahan maulana hasanuddin, masjid ini memiliki
rancang bangun tradisional. Bangunan induk masjid ini berdenah segiempat dengan
atap bertingkat bersusun lima atau dikenal dengan istilah atap tumpang.
Peninggalan-peninggalan
lain yang terdapat di kawasan banten lama yaitu watu singa yaksa, watu gilang,
Mariam kiamuk, gedong ijo, kerkhof, benteng speelwijck, pengindelan putih,
pengindelan abang.
7.
Kabupaten pandeglang
a. Debus
Seni
pertunjukkan ini merupakan kesenian yang sangat populer di Provinsi Banten,
karena hampir ada dan tumbuh berkembang denagan baik disetiap pelosok daerah di
Banten, termasuk Pandeglang. Sehingga debus dapat dikatakan sebagai seni
pertunjukkan ciri khas Banten, walaupun debus terdapat pula didaerah lain,
seperti Garut, Bandung, bahkan di Aceh sekalipun. Permainan debus merupakan
seni pencak silat yang berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap
masyarakat Banten untuk mempertahakan diri. Kesenian tradisional yang
dikombinasi dengan seni tari, seni suara, dan seni kebatinan ini bernuansa
magis. Debus adalah seni pertunjukkan yang memperlihatkan permainan kekebalan
tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebas benda tajam. Dalam permainannya ,
debus banyak menampilkan atraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan
pemainnya. Pada masa pemerintah Sultan Ageng Tirtayasa sekitas abab ke-17,
debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam
melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu
bagian dari ragam seni budaya masyarakat Banten
ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan
menarik.
b. Rampak
Bedug
Seni
rampak bedug adalah kesenian tradisional masyarakat pandeglang dan sekitarnya
ynag merupakan kulminasi estetik dari tradisi ngadu bedug yang biasa yang
dilakukan warga pada perayaan hari raya idul fitri atau idul adha. Perangkat
peralatan yang digunakan meliputi : satu set bedug kecil sekalu pengatur irama,
tempo dinamika, sedangkan bedug besar sebagai bass, sementara melodi hanya
berasal dari lantunan solawatan ynag dilakukan sambil menabuh. Pola tubuh yang
biasa mereka sebut dengan lagu diantaranya
: ping-ping cak-cak, nang tang, celementre, rurudatan, antingsela, selagunung,
kelapasamanggar, dan lain-lain.
c. Pandingdang
Pandegalangan
Padingdang
Pandeglang merupakan salah satu kesenian hasil dari kolaborasi rampak bedug
pandeglang dengan kendang pencak, tarian saman, teriakan beluk, lagu-lagu buhun
gendereh, tarian pencak silat, angklung dodod
dan jenis seni tradisi lainnya yang ditata sesuai kebutuhan paket
pertunjukan modern didalamnya terdapat pola tabuhan perkusi melalui widerata
bedug, kendang, dan terbang yang terbalut rapih aransemen musik dan melodi
vokal saman, beluk dan sholawatan terbang tandak serta lengkingan terompet
pencak.
d. Dzikir
Saman
Seni
saman disebut juga dzikir maulud yaitu keseni tradisional rakyat Banten
khususnya dikabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vokal)
dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian kepada Nabi
Syeh Saman dari Aceh. Tari saman berasal dari kesultanan Banten ynag dibawa
para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan maulud, namun dapat berkembang
selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan
atau selametan rumah. Pemain seni dzikir saman berjumlah antara 26 orang sampai
46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang
membacakan syair-syair kitab “berjanji”, sementara 20 sampai 40 orang
ynag semuanya laki-laki mengimbangi lengkingan suara vokalis dengan saling
bersahutan bersamaan (koor) sebagai alok. Pola peermainan seni dzikir saman
dilakukan sehari penuh dengan tiga babakan, yaitu : babakab dzikir, babakan
asroqol, dan babakan saman.
e. Ubrug
Ubrug
adalah seni pertunjukan teater rakyat, yang menampilkan cerita atau lakon,
lawakan, tarian dan lagu. Masyarakat menyebut ubrug karena kesenian ini setiap
tampilannya dulu selalu menimbulkan keramainan yang luar biasa. Sebagian
masyarakat memanggilnya pula dengan sebutan topeng, karena dibagian awal
pertunjukkan ditampilkan pula tarian pembuka, yang disebut sebagai topeng ubrug
atau ronggeng ubrug. Lakon yang dipentaskan biasanya tergantung pada permintaan
yang empunya hajat. Berupa lakon jaman “
Baheula” babad atau legenda, atau juga cerita masa kini, misalnya drama rumah
tangga. Pementasan diawali dengan “ Tatalu” dari penabuhan gamelan, dimaksudkan
untuk menarik perhatian penonton agar segera berkumpul, kemudian dari balik
layar keluarlah beberapa orang penari wanita (ronggeng) mempertunjukkan
kebolehannya dalam menari. Pada acara ini biasanya dimanfaatkan oleh para
penonton untuk bergabung ikut menari berpasang-pasangan sampai beberapa lagu
yang telah dibeli atau dipesan para penonton.
Beberapa
tempat wisata yang ada di Pandeglang antara lain :Taman Nasional Ujung Kulon, Pantai
Ciputih, Pantai Tanjung Lesung, Pantai Kalicca, Pantai Panimbang, Pulau Umang, Pulau
Oar, Pantai Carita, Pemandian Alam Cikoromoy, Pemandian Air Panas Cisolong, Situ
Cikedal, Cikole, Masjid Caringin, Masjid Carita, Prasasti Muruy, Gedung Kodim
Pandeglang, Pendopo Kabupaten Pandeglang, Gedung Penjara Pandeglang, Menara Air
Pandeglang, Menhir Sanghyang Heuleut, Batu Ranjang, Prasasti Munjul, Situs
Gunung Cupu, Batu Sorban, Menhir Batu Lingga, Menhir Pasir Peteuy, Sanghyang
Dengdek, Batu Bergores Cidaresi, Situs Batu Goong, dan lain sebagainya.
b. Bahasa
Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan
dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus
sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah
Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia,
di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan
oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga
digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh
pendatang dari bagian lain Indonesia.
2.5 upaya pelestarian budaya
Kesadaran
masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai
dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan
perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari budaya
tersebut. Kurangnya pembelajaran budaya Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan
sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting
mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat
mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta
bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengah perkembangan zaman.
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai
dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan
perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari budaya
tersebut. Kurangnya pembelajaran budaya Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan
sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting
mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat
mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta
bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengah perkembangan zaman.
Keanekaragaman
budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter
dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian
penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Di samping
itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian
dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan peningkatan
teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengaruh
globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat
tersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini perlu dicermati
karena warisan budaya dan nilai-nilai tradisional tersebut mengandung banyak
kearifan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan
seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh
Oleh
sebab itu upaya yang dapat
dilakukan dalam pelestaraian budaya seperti :
1. Mau
mempelajari budaya lokal baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut
memperaktekannya dalam kehidupan kita
2. Ikut
berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan
misalnya, mengikuti kompetisi tentang kebudayaan, seperti tari tradisi atau
teater daerah selain itu ikut berpartisipasi dengan mementaskan budaya
tradisional oada acara atau kegiatan tertentu, seperti pada saat perayaan hari
ulang tahun kemerdekaan bangsa, mengadakan pementasan ketoprak yang berbau
perjuangan dll.
3. Mengajarkan
kebudayaan itu pada generas penerus sehingga kebudayaan tidak musnah dan tetap
dapat bertahan
4. Mencintai
budaya sendiri tanpa merendahkandan melecehkan budaya lain.
5. Mempraktikan
penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-sehari, misalnya bahasa daerah.
6. Menghilangkan
rasa gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki.
7. Mendirikan
sanggar. Upaya ini dimaksudkan untuk mengajarkan, menarik minat terutama para
generasi muda agar mengetahui budaya dan ikut serta dalam melestarikannya.
8. Menerapkan
ekstrakulikuler berbasis budaya lokal di lembaga pendidikan atau sekolah,
seperti ekskul tari tradisional, musik tradisional, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya lokal merupakan suatu kebiasaan dan adat istiadat
daerah tertentu yang lahir secara alamiah, berkembang, dan sudah menjadi
kebiasaan yang susah diubah. Budaya masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman
(pedesaan) yang tinggal di daerah pantai tentu berbeda.Unsur-unsur kebudayaan
merupakan bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisis
tertentu. Menurut Kluchklon ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu Sistem
Religi dan Upacara Keagamaan ,Sistem Organisasi Kemasyarakatan, Sistem
Pengetahuan, Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Teknologi dan Peralatan,
Bahasa dan Kesenian. Dalam setiap daerah yang termasuk dalam lingkup provinsi
Banten, memiliki budayanya masing-masing. Budaya tersebut menjadi kekhasan dari
setiap daerah di Banten yang menjadi daya tarik bagi masyarakat luar Banten.
Oleh karena itu, diperlukan upaya dalam melestarikan budaya lokal tersebut
antara lain melalaui pendidikan, kebijakan pemerintah, pendirian sanggar dan
kesadaran pribadi dalam kaitannya dengan pelestarian budaya.
B. Saran
Untuk memperdalam tentang materi keanekaragaman budaya yang
terdapat di Banten pembaca dianjurkan untuk membaca buku mozaik of Banten,
pesona wisata Banten, dan referensi lain yang berkaitan dengan Banten.
DAFTAR PUSTAKA
Sutendy, uten. 2010. Damai Dengan Alam. Tangerang : Media
Komunika
Pemerintah Daerah
Banten. 2012. Mozaik of Banten Indonesia.
Banten: Wonderful Indonesia
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. 2009. Jelajah Pesona Wisata
Banten. Banten : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten
(soekmono. 1998. Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 1.
Yogyakara:PT kanisius).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar