Sabtu, 24 Desember 2016

pendidikan ipstradisional dan modern



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan manusia memang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, demikian juga dalam pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran yang dahulu sudah ada terus berkembang sampai saat ini dan akan terus berkembang di masa yang akan datang. Dalam kegiatan belajar mengajar, masih kita temui cara mengajar seorang guru yang  tetap mempertahankan cara mengajar seperti yang diterimanya saat lampau. Sementara cara untuk memberikan materi kepada peserta didik sudah seharusnya berubah seiiring berkembangnya zaman. Metode-metode belajar yang lama sudah seharusnya di modifikasi agar peserta didik dapat lebih aktif di dalam pembelajaran. Pendidik  juga harus memiliki strategi dan teknik tersendiri agar pembelajaran tidak bersifat monoton. Pendekatan pembelajaran harus dibantu dengan menggunakan alat atau media yang memadai sehingga hasil belajar peserta didik lebih luas dan mendalam.
Dalam pendidikan IPS yang modern erat kaitannya dengan Trend Globalisasi, artinya yang menyangkut berbagai bangsa dan negara. Hal ini dapat menimbulkan masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dipaparkan dalam pembahasan adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran IPS tradisional?
2.      Bagaimana pembelajaran IPS dalam era globalisasi dan keragaman budaya?
3.      Apa saja kontradiksi antara pendidikan globalisasi dengan keragaman budaya?
4.      Apa pengaruh kebudayaan luar terhadap kebudayaan Indonesia?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah agar pembaca mngetahui dan mengerti tentang pembelajaran IPS tradisional, tentang pembelajaran IPS dalam era globalisasi dan keragaman budaya, tentang masalah-masalah antara pendidikan globalisasi dengan keragaman budaya, dan pengaruh kebudayaan luar terhadap kebudayaan Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran IPS Tradisional
Dalam pembelajaran IPS tradisional dilakukan melalui pendekatan pembelajaran tradisional. Pendekatan tradisional adalah sebuah pendekatan pembelajaran di mana guru di dalam kelas menggunakan metode mengajar yang relative tetap (monoton) setiap kali mengajar IPS. Guru terkesan lebih aktif daripada siswa. Gurulah yang memegang peranan penting dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini kurang menggunakan alat atau media yang memadai sehingga hasil belajar siswa kurang luas dan mendalam, malahan cenderung verbalistis.
Cirri-ciri pendekatan pembelajaran tradisional :
1.      Guru cenderung hanya menyampaikan informasi yang bersifat fakta dan kurang memberikan permasalahan dalam proses pembelajaran.
2.      Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa lebih bersifat satu arah (hanya dari guru kepada siswa).
3.      Dalam proses pembelajaran guru kerap memberikan indoktrinasi kepada siswa juga kurang memberikan kesempatan berpikir kritis dan kreatif.
4.      Materi pembelajaran yang disampaikan lebih cenderung bersifat kognitif (pengetahuan) saja, kurang memberikan materi yang bersifat afektif dan psikomotor.
5.      Strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan guru cenderung bersifat tunggal dan monoton.
6.      Dalam pembelajaran kurang menampakkan kadar CBSA yang tinggi.
7.      Penilaian lebih banyak menggunakan teknik tes, baik tertulis maupun lisan, kurang menggunakan tes perbuatan (perilaku).
Prinsip-Prinsip Pengajaran Tradisonal :
1.      Tidak ada teori yang dirumuskan secara koheren yang membahas kegiatan belajar dalam sistem pendidikan tradisonal.
2.      Motivasi di dasari hukuman, ganjaran, atau hadiah dan persaingan.
3.      Belajar dengan menghafal, dan menyimpan informasi tanpa bantuan catatan ditekankan dalam pendidikan tradisonal.
4.      Psikologi behavioral memiliki pengaruh yang jelas dalam pendidikan tradisional.
5.      Psikologi kognitif tidak banyak memberi pengaruh.
6.      Pada umumnya proses pengajaran dalam sistem pendidikan tradisonal tidak diturunkan oleh teori tertentu.

B.     Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi dan Keragaman Budaya
Pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan (perspective) tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi planet bumi.
Globalisasi inti dari kata global yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi di mana isu dan masalah yang menyangkut bangsa dan Negara atau bahkan seluruh dunia. pengertian lain dari kata Global yang bermakna keseluruhan.
Menurut Tye dalam bukunya “Global Education”: From Thought To Action, pemahaman terhadap globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batasan-batasan Negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan, budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. dan di samping itu, untuk memahami lebih mendalam diperlukan perspektif atau sudut pandang dan pendekatan terhadap kenyataan bahwa sementara individu dan kelompok-kelompok memiliki kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama (Skeel, 1995:136).
Anderson mengatakan bahwa tidak ada satupun Negara di dunia yang mampu menolak bahkan menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain kecuali menyesuaikan diri dengan langkah melakukan perubahan. Perubahan yang penting, antara lain menyesuaikan sistem pendidikan dalam arti penyesuaian seperlunya agar dapat mengantisipasi realita yang ada. Seharusnya pendidikan nasional dapat mampu mengantisipasi satu langkah lebih maju dibandingkan segi kehidupan lainnya.
Pendidikan tidak hanya memberikan pengertian, dan keterampilan untuk hidup secara efektif dalam masyarakat global dewasa ini, tetapi juga harus memberikan kemampuan untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang di masa akan datang dan mampu menghargai masa lampau.
Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King dan kawan-kawan harus mengandung hal-hal berikut :
·      Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang memiliki keterkaitan.
·      Kepedulian terhadap pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun universal. Namun demikian keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di masa akan datang.
·      Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan lain.
       Guru dapat dikatakan suatu profesi, dalam menjalani profesi guru hendaknya selalu meningkatkan kemampuan. Seperti yang dikatakan Zainal Asri ( 2010 ), mengajar butuh seni dan bakat, tugas tersebut merupakan penghargaan yang cukup mulia apabila  benar-benar diminati atas kesadaran yang tinggi sebagai pendidik. Pembelajaran IPS menuntut para Guru untuk menciptakan bebagai cara agar pembelajaran ini menarik bagi siswa.
       Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa, mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti tidak harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian juga sebaliknya, sebagai warga Negara yang baik seharusnya menjadi warga dunia yang baik.
       Sebagai contoh :
       Seorang warga dunia yang baik akan menaati peraturan-peraturan yang berlaku di antaranya mengajarkan peserta didik agar membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak akan terjadi banjir dikemudian hari. Kepatuhan terhadap peraturan membuang sampah [ada tempatnya, secara tidak langsung sekaligus telah menjadi warga Negara dunia yang baik karena telah ikut membersihkan lingkungan dan menjaga agar terhindar dari banjir.
            Ditarik suatu gambaran dari contoh di atas, bahwa menjadi warga Negara yang baik seharusnya menjadi warga dunia yang baik pula.
       Pendidikan global mencoba lebih banyak menerangkan persamaan dari pada perbedaan perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Disamping itu, berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berhubungan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas Negara.  
     Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang unggul sebagai modal utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya tersebut pendididkan memiliki peran yang sangat penting. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsure pokok, yaitu input, proses, dan output. Input pendidikan adalah peserta didik dengan berbagai cirri-ciri yang ada pada  peserta didik. Proses pendidikan terkait berbagai hal seperti pendidik, kurikulum, gedung, buku, metode mengajar. Output atau hasil pendidikan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Widiyarti &Suranto, t.t. , hal 1).
Pendidikan IPS adalah seleksi dan rekonstruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, yang diorganisir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001, hal. 191).
Untuk menghadapi tantangan dan dinamika masyarakat dan globalisasi, maka perlu konsolidasi kurikulum yang meliputi :
a)      Penetrasi jati diri pendidikan IPS ke dalam primary structure.
b)      Mata kuliah yang tidak begitu penting disederhanakan dan menampilkan pendidikan global.
c)      Semua mata kuliah disiplin ilmu diperkuat sehingga setaraf dengan mata kuliah di universitas untuk mendukung primary structure.
d)     Diadakan mata kuliah yang berorientasi pada bisnis dan bahasa asing.
e)      Perlu ada monitoring yang intensif terhadap perkembangan pembangunan nasional, globalisasi sebagai bahan untuk memperkaya kurikulum FPIPS dengan pengetahuan fungsional (functional knowledge) (Somantri, 2001, hal. 190).
Di tengan iklim globalisasi, pendidikan IPS tetap diperlukan, baik sebagai penopang identitas nasional maupun pemecahan masalah local, regional, nasional, dan global. Masalah akan selalu ada, dalam mengatasi segala kendala yang muncul di era globalisasi dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Masalah dalam pendidikan IPS, baik dari kurikulum, pengembangan perguruan tinggi, kemampuan guru dalam pembelajaran, kebijakan pemerintah, peran masyarakat itu sendiri harus bekerja sinergis, karena hasil yang didapatkan akan dirasakan oleh seluruh lapisan. Dan keberhasilan yang akan diperoleh, juga akan menjadi buah yang manis yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
            Willard M. Kniep (1986) mengemukakan bahwa isi pendidikan global dirumuskan dari realitas sejarah dan kondisi saat ini yang menggambarkan dan menunjukkan dunia sebagai masyarakat global. Dari hasil analisisnya ini, Kniep (1986, h.437) memperkenalkan empat unsur kajian yang dianggap esensial dan mendasar bagi pendidikan global : (1) kajian tentang nilai manusia (the study og human values); (2) kajian tentang sistem global (the study og global systems); (3) kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global (the study of global problems and issues); (4) kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa (the study of the history of contacts and interdependence among peoples, cultures, and nations).
       Kniep (1986, h.422-444) mengemukakan empat kategori pemikiran isi pendiddikan global yang dapat menjadi masukan untuk kurikulum :
1.      Isu-isu Perdamaian dan Keamanan
Menciptakan keamanan dan mempertahankan perdamaian telah menjadi pemikiran bangsa-bangsa sepanjang sejarah karena sistem internasional tidak mempunyai pusat otoritas untuk melaksanakan hukum dan menyelesaikan konflik dengan suatu sistem kedaulatan bangsa-bangsa.
2.      Isu-isu Pembangunan
Studi tentaang isu-isu pembangunan akan mengajak para siswa dalam perjuangan rakyat dan bangsa untuk memperoleh kebutuhan dasar: mencapai pertumbuhan ekonomi nasional, dan memperluas kebebasan politik, ekonomi dan sosial mereka.
3.      Isu-isu Lingkungan
Isu-isu lingkungan terutama berkaitan dengan akibat-akibat eksploitasi sumber daya manusia dan pengelolaan kekayaan bumi. Pendidikan global akan memberi kesempatan kepada para siswa untuk melihat perannya dalam isu-isu dan masalah-maslah global demikian pula peran orang dan sistem lainnya.
4.      Isu-isu Hak Asasi Manusia
Pada dasarnya, masyarakat global seyogianya peduli terhadap konsep-konsep hak asasi manusia universal di tengah adanya penyalahgunaan terhadap hak asasi manusia. Sehingga memberikan pada para siswa untuk mengerti tentang hak-hak manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

§  Keragaman Budaya
       Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
       Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari suatu perangkat gagasan, dan hasil karya. (Koentjaraningrat, 1980:193).
       Keanekaragaman budaya diantaranya mengambil wujud perbedaan ras, dan etnik yang dimiliki sebuah masyarakat. keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia Sekolah Dasar, di Indonesia sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orangtua, dan kemampuan belajar. Pelajaran IPS akan menjadi menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Menurut Skeel, pelajaran IPS pada dasarnya mengutamakan atau memperbolehkan perbedaan dalam persamaan atau persamaan dalam perbedaan.
       Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu diantaranya adalah pembaruan, prasangka, dan etnosentrisme (melahirkan superioritas dan inferioritas).
       Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembaruan (asimilasi).
       Menurut Koentjaraningrat pembaruan adalah proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut :
·         Goongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
·         Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.
·         Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
       Faktor-faktor yang menghambat pembaruan, antara lain :
·         Kurang penggettahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
·         Sifat takut terhadap ketakutan dari kebudayaan lain atau inferioritas.
·         Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superiorasi.

C.    Kontradiksi antara Pendidikan Globalisasi dengan Keragaman Budaya
       Sepintas antara Globalisasi dengan Keragaman Budaya tampak ada kontradiksi. Globalisasi di satu sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan manusia di muka bumi ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi lainnya keanekaragaman Budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada perbedaan diantara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.
       Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan keanekaragaman budaya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang, mengembangkan keterampilan menganalisis dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan pengembangan, berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (Skeel, 1995:11).             
      
       Pengajaran Globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan :
1.      Mampu menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda, tetapi sebagai manusia memiliki kesamaan-kesamaan.
2.      Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir kritis terhadap masalah-masalah dunia dan keterampialan menganalisis informs yang diterimanya.
       Dari tujuan-tujuan pembelajaran dalam IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan jiwa.
       Dengan pendidikan globalisasi kita mengetahui bahwa masalah pembauran berkenaan dengan adanya golongan minoritas dalam budaya mayoritas, tidak hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tetapi juga oleh beberapa Negara lain di muka bumi,, seperti Smerika Serikat dengan masalah pembauran golongan kulit hitam dengan penduduk kulit putih.
       Dari pendidikan globalisasi kita bisa mengambil manfaat dan pelajaran dalam memecahkan masalah yang sama. Kita sadar tidak hanya masalah pembaruan yang dihadapi oleh beberapa Negara, masih banyak masalah dan isu yang lebih besar, seperti :
1.      Kepadatan Penduduk
Mendorong urbanisasi serta berjangkitnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan (termasuk kemiskinan pengetahuan). Contoh terjadinya bencana kelaparan di berbagai Negara yang belum berkembang.
2.      Pencemaran Lingkungan
Tidak kalah pentingnya dengan masalah-maslah lainnya. Masalah pencemaran lingkungan juga hartus mendapatkan perhatian yang serius dari setiap warga dunia yang dimulai dari diri sendiri.
3.      Krisis Energi
Baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, organisasi Negara penghasil minyak dunia (OPEC) masalah harga maupun penelitian tentang sumber energi pengganti.  
4.      Jarangnya antara Negara Kaya dan Negara Miskin
Hal ini yang melatarbelakangi lahirnya beberapa organisasi kerjasama bilateral (antara 2 negara). Contohnya Indonesia dan Jepang.
5.      Populasi
Meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.
6.      Perang Nuklir
Berkaitan dengan akibat-akibat yang dihadapi oleh umat manusia jika perang tersebut benar-benar terjadi. Berdasarkan pengalaman yang diakibatkan oleh jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, kita tidak bisa membayangkan jika yang jatuh tersebut adalah bom nuklir, yang memiliki kekuatan dahsyat.
7.      Perdagangan Internasional
Meningkatkan hubungan saling ketergantungan diantara bangsa-bangsa mendorong lahirnya gagasan untuk menata perdagangan internasional.
8.      Komunikasi
Perkembangan media komunikasi dewasa ini, mampu menghilangkan batas-batas Negara melalui televise, internet yang dapat di askes dimana saja.
9.      Perdagangan Obat Terlarang
Pada kenyataannya akibat penggunaan obat-obat terlarang, terutama di kalangan geerasi muda yang dapat menghancurkan diri mereka sendiri dan akan berdampak jelek pada lingkungan sekitar atau daerah mereka, dan pastinya akan berdampak lagi kepada Negara yang lebih globalnya lagi pada dunia. Padahal, semua sadar betapa bahayanya akibat yang ditimbulkan oleh obat-obatan terlarang.
       Dari beberapa contoh masalah-masalah tersebut, membuat kita semakin kecilnya dunia dan betapa makin pendeknya jarak antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Masalah-masalah dan isu-isu tersebut diatas adalah tanggung jawab satu bangsa semata. Walaupun demikian, setiap bangsa harus tetap saling menghargai dan menghormati jika seandainya di dalam usaha memecahkan persoalan-persoalan tersebut setiap bangsa memakai cara dan pendekatan yang berbeda, yang diperhatikan bahwa memiliki kepentingan yang sama terhadap kehidupan dunia yang lebih baik di masa sekarang dan yang akan datang.
D.    Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan  Indonesia
       Mempelajari IPS di SD, konsep-konsep sejarah dan antropologi mempunyai porsi yang cukup besar. Ruang lingkup pengajaran sejarah di sd antara lain meliputi: sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh sejarah, bangunan bersejarah, Indonesia pada zaman penjajahan, dan beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan.
       Perkembangan kebudayaan di Indonesia tidak dapat pula diabaikan, karena hal ini merupakan bagian dari perkembangan bangsa Indonesia sendiri.
       Sejak perkembangan kebudayaan Indonesia dapat dibagi ke dalam empat masa, yaitu masa pra sejarah, masa purba (kuno), masa madya, dan masa modern.
1.      Kebudayaan Masyarakat Indonesia
Manusia adalah makhluk yang berpikir dan berakal, dengan pikiran itu ia menghasilkan berbagai alat dan cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Segala cara dan alat yang lahir atas akal manusia itu disebut kebudayaan.
Budaya adalah ciptaan manusia, tapi budaya menguasai kehidupan manusia, karena itu kebudayaan disebut superorganik. Kebudayaan merupakan salah satu bagian dari kehidupan sosial kemasyarakatan.
2.      Beberapa Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan: Culture (Inggris): Kultur (Jerman): Cultur (Belanda): Colore (Latin), yang mengerjakan, memelihara, memuja.
a.       H. Takdir Alisyahbana: Kebudayaan adalah manifestasi dari cara pikiran manusia.
b.      H. Agus Salim: Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budi mengandung makna akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat, ikhtiar, perasaan. Sedangkan daya mengandung makna tenaga, kekuatan kesanggupan.  
c.       Jadi kebudayaan merupakan himpunan segala daya upaya yang dikerjakan menggunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan.
d.      Koentjaraningrat: Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat unsur-unsur kebudayaan adalah:
a.       Sistem religi.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai “sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati”.      
b.      Sistem organisasi kemasyarakatan.
Organisasi kemasyarakatan adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi kemasyarakatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

c.       Sistem pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
d.      Bahasa.
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tatakrama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
e.       Kesenian.
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f.       Sistem mata pencaharian.
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
•    Berburu dan meramu
•    Beternak
•    Bercocok tanam di ladang
•    Menangkap ikan
g.      Sistem teknologi dan peralatan.
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
e.       C. B. Taylor: Kebudayaan ialah suatu kesatuan yang terjalin, meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum dan tiap kesanggupan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
f.       Ashley Monlagu: Kebudayaan ditafsirkan sebagai cara hidup suatu bangsa, lingkungan dimana segolongan manusia mendiami wilayah yang sama sebagai anggota masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
3.      Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Nasional dibentuk oleh unsur-unsur kebudayaan suku/kebudayaan daerah yang masuk ke daerah kebudayaan lain dan diterima oleh daerah lain tersebut.
Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan daerah yang ada di seluruh wilayah Indonesia, serta berkembang sepanjang sejarah. Kebudayaan dari luar dapat memperkaya kebudayaan nasioanal. Pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional harus dilakukan bersama-sama dengan pembinaan bangsa.
4.      Pengaruh Kebudayaan Barat
Masuknya bangsa-bangsa Barat dari Asia Tenggara khususnya di Indonesia pada abad 16 secara bertahap membawa bangsa Indonesia ke dalam lingkungan perdagangan Internasioanal dan bersamaan dengan itu secara bertahap masuknya kekuasaan asing di Indonesia, yaitu secara berturur-turut bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan kemudian Belanda.
Sejak awal abad ke-20 sangat terasa pengaruh kebudayaan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Berbagai teknologi yang diterapkan, termasuk sistem pendidikan yang digunakan banyak yang berasal dari Barat. Sementara itu, dalam kehidupan kebudayaan, seperti dalam seni bangunan, seni lukis, seni ukir, seni musik, terasa pula ada pengaruhnya dari kebudayaan Barat.
Beberapa pengaruh dari kebudayaan Barat anrata lain :
a.       Perubahan sikap hidup yang semula mementingkan kehidupan kerohanian, ramah tamah, dan gotong royong, menjadi materialistic, dan individualistis.
b.      Terbentuknya pusat-pusat pemerintahan: kota provinsi, kota kabupaten, kota distrik. Pusat kota adalah alun-alun yang dikelilingi gedung-gedumg penting.
c.       Terdapat dua lapisan sosial, yaitu kaum buruh dan pegawai. Kebudayaan dengan mentalis pegawai masih mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesian sampai sekarang.
d.      Tersebarnya agama Kristen yang disiarkan oleh organisasi-organisasi penyiaran agama (Missie dan Zending). Penyiarannya terutama di daerah yang penduduknya belum terpengaruh Hindu, Budha atau Islam, antara lain Irian Jaya, Maluku Tengah, Maluku Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Pedalaman Kalimantan.
e.       Bahasa dan kesenian serta ilmu pengetahuan.











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Pada dasarnya pendidikan adalah eksperimen yang tidak pernah selesaisampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya. IPS tradisional lebih mengacu kepada guru yang berperan aktif. Sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuan kreativitasnya.
       Dalam proses pembelajarannya IPS harus mampu mengembangkan ssikap hormat dan menghargai akan tanggung jawab sebagai warga Negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya di dalamnya. Hidup bersama antarsesama penghuni bumi haruslah disadari oleh kesadaran di samping ada kesamaan ada pula perbedaan. Perbedaan tersebut tercipta karena budaya, lingkungan, ekonomi, politik, dan teknologi. Namun pendididkan global lebih menonjolkan persamaan dari pada perbedaan yang menuju suatu konflik atau pun ketidakharmonisan di muka bumi.
Saran
Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis (critical thinking skills), namun ada hal yang unik dalam pendidikan global, yakni fokus substansinya yang berasal dari hal-hal mendunia yang semakin bercirikan pluralisme, interdependensi dan perubahan. Tujuan pendidikan global adalah untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme budaya dan semakin saling ketergantungan. Perlunya meningkatkan orientasi para siswa dalam wawasan internasional semakin disadari. Meskipun demikian, khusus di Indonesia, upaya untuk meningkatkan dan memperluas pemahaman global pada lembaga pendidikan dasar dan menengah masih perlu diberdayakan.
Dafrar Pustaka
Huriah Rachmah, 2014. Pengembangan Profesi Pendidikan IPS, Bandung: Alfabeta.
Rudy Gunawan. 2013. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Rosda.
Cahaya Putra Negara. 2012. Pendidikan IPS Tradisional dan Modern. http://catkulku.blogspot.co.id/2012/06/pendidikan-ips-tradisional-dan-modern.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar