BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehidupan manusia memang selalu berubah dan berkembang
sesuai dengan kemajuan zaman, demikian juga dalam pendidikan dan pembelajaran.
Pembelajaran yang dahulu sudah ada terus berkembang sampai saat ini dan akan
terus berkembang di masa yang akan datang. Dalam kegiatan belajar mengajar,
masih kita temui cara mengajar seorang guru yang tetap mempertahankan cara mengajar seperti
yang diterimanya saat lampau. Sementara cara untuk memberikan materi kepada
peserta didik sudah seharusnya berubah seiiring berkembangnya zaman. Metode-metode
belajar yang lama sudah seharusnya di modifikasi agar peserta didik dapat lebih
aktif di dalam pembelajaran. Pendidik
juga harus memiliki strategi dan teknik tersendiri agar pembelajaran
tidak bersifat monoton. Pendekatan pembelajaran harus dibantu dengan
menggunakan alat atau media yang memadai sehingga hasil belajar peserta didik
lebih luas dan mendalam.
Dalam pendidikan IPS yang modern erat kaitannya dengan Trend
Globalisasi, artinya yang menyangkut berbagai bangsa dan negara. Hal ini dapat
menimbulkan masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya terhadap
pembelajaran IPS.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan dipaparkan dalam pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran IPS tradisional?
2.
Bagaimana pembelajaran IPS dalam era
globalisasi dan keragaman budaya?
3.
Apa saja kontradiksi antara pendidikan globalisasi
dengan keragaman budaya?
4.
Apa pengaruh kebudayaan luar terhadap
kebudayaan Indonesia?
1.3.
Tujuan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah
agar pembaca
mngetahui dan mengerti tentang pembelajaran IPS tradisional, tentang pembelajaran
IPS dalam era globalisasi dan keragaman budaya, tentang masalah-masalah antara
pendidikan globalisasi dengan keragaman budaya, dan pengaruh kebudayaan luar
terhadap kebudayaan Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran
IPS Tradisional
Dalam pembelajaran IPS tradisional dilakukan melalui pendekatan
pembelajaran tradisional. Pendekatan tradisional adalah sebuah pendekatan
pembelajaran di mana guru di dalam kelas menggunakan metode mengajar yang
relative tetap (monoton) setiap kali mengajar IPS. Guru terkesan lebih aktif
daripada siswa. Gurulah yang memegang peranan penting dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran ini kurang menggunakan alat atau media yang memadai
sehingga hasil belajar siswa kurang luas dan mendalam, malahan cenderung
verbalistis.
Cirri-ciri pendekatan pembelajaran tradisional :
1.
Guru cenderung hanya menyampaikan
informasi yang bersifat fakta dan kurang memberikan permasalahan dalam proses
pembelajaran.
2.
Interaksi yang terjadi antara guru
dengan siswa lebih bersifat satu arah (hanya dari guru kepada siswa).
3.
Dalam proses pembelajaran guru kerap
memberikan indoktrinasi kepada siswa juga kurang memberikan kesempatan berpikir
kritis dan kreatif.
4.
Materi pembelajaran yang disampaikan
lebih cenderung bersifat kognitif (pengetahuan) saja, kurang memberikan materi
yang bersifat afektif dan psikomotor.
5.
Strategi, metode dan teknik pembelajaran
yang digunakan guru cenderung bersifat tunggal dan monoton.
6.
Dalam pembelajaran kurang menampakkan
kadar CBSA yang tinggi.
7.
Penilaian lebih banyak menggunakan
teknik tes, baik tertulis maupun lisan, kurang menggunakan tes perbuatan
(perilaku).
Prinsip-Prinsip
Pengajaran Tradisonal :
1.
Tidak
ada teori yang dirumuskan secara koheren yang membahas kegiatan belajar dalam
sistem pendidikan tradisonal.
2.
Motivasi
di dasari hukuman, ganjaran, atau hadiah dan persaingan.
3.
Belajar
dengan menghafal, dan menyimpan informasi tanpa bantuan catatan ditekankan
dalam pendidikan tradisonal.
4.
Psikologi
behavioral memiliki pengaruh yang jelas dalam pendidikan tradisional.
5.
Psikologi
kognitif tidak banyak memberi pengaruh.
6.
Pada
umumnya proses pengajaran dalam sistem pendidikan tradisonal tidak diturunkan
oleh teori tertentu.
B. Pembelajaran IPS Dalam Era
Globalisasi dan Keragaman Budaya
Pendidikan
global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan (perspective) tentang
dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan
antar budaya, umat manusia dan kondisi planet bumi.
Globalisasi inti
dari kata global yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu
keadaan atau kondisi di mana isu dan masalah yang menyangkut bangsa dan Negara
atau bahkan seluruh dunia. pengertian lain dari kata Global yang bermakna
keseluruhan.
Menurut Tye
dalam bukunya “Global Education”: From
Thought To Action, pemahaman terhadap globalisasi merupakan proses belajar
tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batasan-batasan Negara
(nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan, budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi. dan di samping itu, untuk memahami lebih mendalam
diperlukan perspektif atau sudut pandang dan pendekatan terhadap kenyataan
bahwa sementara individu dan kelompok-kelompok memiliki kebutuhan dan
keinginan-keinginan yang sama (Skeel, 1995:136).
Anderson
mengatakan bahwa tidak ada satupun Negara di dunia yang mampu menolak bahkan
menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain kecuali menyesuaikan diri
dengan langkah melakukan perubahan. Perubahan yang penting, antara lain
menyesuaikan sistem pendidikan dalam arti penyesuaian seperlunya agar dapat
mengantisipasi realita yang ada. Seharusnya pendidikan nasional dapat mampu
mengantisipasi satu langkah lebih maju dibandingkan segi kehidupan lainnya.
Pendidikan tidak
hanya memberikan pengertian, dan keterampilan untuk hidup secara efektif dalam
masyarakat global dewasa ini, tetapi juga harus memberikan kemampuan untuk
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang di masa akan datang dan mampu
menghargai masa lampau.
Pemahaman
terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan
hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King dan
kawan-kawan harus mengandung hal-hal berikut :
· Pengertian
terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang memiliki keterkaitan.
· Kepedulian
terhadap pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun universal.
Namun demikian keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih
baik di masa akan datang.
· Menerima
bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dan mungkin
lebih senang pada pilihan-pilihan lain.
Guru dapat dikatakan suatu profesi, dalam menjalani profesi
guru hendaknya selalu meningkatkan kemampuan. Seperti yang dikatakan Zainal
Asri ( 2010 ), mengajar butuh seni dan bakat, tugas tersebut merupakan
penghargaan yang cukup mulia apabila benar-benar diminati atas kesadaran
yang tinggi sebagai pendidik. Pembelajaran IPS menuntut para Guru untuk
menciptakan bebagai cara agar pembelajaran ini menarik bagi siswa.
Pendidikan global adalah salah satu
sarana agar siswa mengerti bahwa, mereka adalah bagian dari masyarakat dunia,
sekalipun demikian tidak berarti tidak harus mengingkari dirinya sebagai warga
dari sebuah bangsa. Demikian juga sebaliknya, sebagai warga Negara yang baik
seharusnya menjadi warga dunia yang baik.
Sebagai
contoh :
Seorang warga dunia
yang baik akan menaati peraturan-peraturan yang berlaku di antaranya mengajarkan
peserta didik agar membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak akan terjadi
banjir dikemudian hari. Kepatuhan terhadap peraturan membuang sampah [ada
tempatnya, secara tidak langsung sekaligus telah menjadi warga Negara dunia
yang baik karena telah ikut membersihkan lingkungan dan menjaga agar terhindar
dari banjir.
Ditarik
suatu gambaran dari contoh di atas, bahwa menjadi warga Negara yang baik
seharusnya menjadi warga dunia yang baik pula.
Pendidikan global mencoba lebih banyak
menerangkan persamaan dari pada perbedaan perbedaan yang dimiliki oleh berbagai
bangsa. Disamping itu, berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang
negerinya sendiri, terutama berhubungan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang
mampu melintasi batas-batas Negara.
Indonesia
memerlukan sumber daya manusia yang unggul sebagai modal utama dalam pembangunan.
Untuk memenuhi sumber daya tersebut pendididkan memiliki peran yang sangat
penting. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsure pokok, yaitu input,
proses, dan output. Input pendidikan adalah peserta didik dengan berbagai
cirri-ciri yang ada pada peserta didik.
Proses pendidikan terkait berbagai hal seperti pendidik, kurikulum, gedung,
buku, metode mengajar. Output atau hasil pendidikan dapat berupa pengetahuan,
sikap, dan keterampilan (Widiyarti &Suranto, t.t. , hal 1).
Pendidikan
IPS adalah seleksi dan rekonstruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin
ilmu-ilmu sosial, humaniora, yang diorganisir dan disajikan secara psikologis
dan ilmiah untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001, hal. 191).
Untuk
menghadapi tantangan dan dinamika masyarakat dan globalisasi, maka perlu
konsolidasi kurikulum yang meliputi :
a) Penetrasi
jati diri pendidikan IPS ke dalam primary
structure.
b)
Mata kuliah yang tidak begitu penting
disederhanakan dan menampilkan pendidikan global.
c) Semua
mata kuliah disiplin ilmu diperkuat sehingga setaraf dengan mata kuliah di
universitas untuk mendukung primary
structure.
d)
Diadakan mata kuliah yang berorientasi
pada bisnis dan bahasa asing.
e)
Perlu ada monitoring yang intensif
terhadap perkembangan pembangunan nasional, globalisasi sebagai bahan untuk
memperkaya kurikulum FPIPS dengan pengetahuan fungsional (functional knowledge) (Somantri, 2001, hal. 190).
Di tengan iklim
globalisasi, pendidikan IPS tetap diperlukan, baik sebagai penopang identitas
nasional maupun pemecahan masalah local, regional, nasional, dan global.
Masalah akan selalu ada, dalam mengatasi segala kendala yang muncul di era
globalisasi dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Masalah dalam pendidikan IPS,
baik dari kurikulum, pengembangan perguruan tinggi, kemampuan guru dalam pembelajaran,
kebijakan pemerintah, peran masyarakat itu sendiri harus bekerja sinergis,
karena hasil yang didapatkan akan dirasakan oleh seluruh lapisan. Dan
keberhasilan yang akan diperoleh, juga akan menjadi buah yang manis yang bisa
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Willard M. Kniep (1986) mengemukakan
bahwa isi pendidikan global dirumuskan dari realitas sejarah dan kondisi saat
ini yang menggambarkan dan menunjukkan dunia sebagai masyarakat global. Dari
hasil analisisnya ini, Kniep (1986, h.437) memperkenalkan empat unsur kajian
yang dianggap esensial dan mendasar bagi pendidikan global : (1) kajian tentang
nilai manusia (the study og human
values); (2) kajian tentang sistem global (the study og global systems); (3) kajian tentang masalah-masalah
dan isu-isu global (the study of global
problems and issues); (4) kajian tentang sejarah hubungan dan saling
ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa (the study of the history of contacts and interdependence among
peoples, cultures, and nations).
Kniep (1986, h.422-444) mengemukakan
empat kategori pemikiran isi pendiddikan global yang dapat menjadi masukan
untuk kurikulum :
1. Isu-isu
Perdamaian dan Keamanan
Menciptakan
keamanan dan mempertahankan perdamaian telah menjadi pemikiran bangsa-bangsa
sepanjang sejarah karena sistem internasional tidak mempunyai pusat otoritas
untuk melaksanakan hukum dan menyelesaikan konflik dengan suatu sistem
kedaulatan bangsa-bangsa.
2. Isu-isu
Pembangunan
Studi
tentaang isu-isu pembangunan akan mengajak para siswa dalam perjuangan rakyat
dan bangsa untuk memperoleh kebutuhan dasar: mencapai pertumbuhan ekonomi
nasional, dan memperluas kebebasan politik, ekonomi dan sosial mereka.
3. Isu-isu
Lingkungan
Isu-isu
lingkungan terutama berkaitan dengan akibat-akibat eksploitasi sumber daya
manusia dan pengelolaan kekayaan bumi. Pendidikan global akan memberi
kesempatan kepada para siswa untuk melihat perannya dalam isu-isu dan
masalah-maslah global demikian pula peran orang dan sistem lainnya.
4. Isu-isu
Hak Asasi Manusia
Pada
dasarnya, masyarakat global seyogianya peduli terhadap konsep-konsep hak asasi
manusia universal di tengah adanya penyalahgunaan terhadap hak asasi manusia.
Sehingga memberikan pada para siswa untuk mengerti tentang hak-hak manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
§ Keragaman Budaya
Keragaman budaya
mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan, perbedaan dan
budaya berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik
manusia dengan belajar.
Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana
suatu masyarakat memiliki lebih dari suatu perangkat gagasan, dan hasil karya.
(Koentjaraningrat, 1980:193).
Keanekaragaman budaya diantaranya
mengambil wujud perbedaan ras, dan etnik yang dimiliki sebuah masyarakat.
keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia Sekolah Dasar, di Indonesia
sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada
siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan
orangtua, dan kemampuan belajar. Pelajaran IPS akan menjadi menarik jika para
siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa
melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Menurut
Skeel, pelajaran IPS pada dasarnya mengutamakan atau memperbolehkan perbedaan
dalam persamaan atau persamaan dalam perbedaan.
Dalam masyarakat yang
memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu diantaranya
adalah pembaruan, prasangka, dan etnosentrisme (melahirkan superioritas dan
inferioritas).
Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih
bersifat bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembaruan (asimilasi).
Menurut Koentjaraningrat pembaruan adalah
proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut :
·
Goongan-golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda.
·
Saling bergaul secara intensif untuk
waktu yang lama.
·
Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Faktor-faktor yang menghambat pembaruan,
antara lain :
·
Kurang penggettahuan terhadap kebudayaan
yang dihadapi.
·
Sifat takut terhadap ketakutan dari
kebudayaan lain atau inferioritas.
·
Memandang terlalu tinggi terhadap
kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan
superiorasi.
C.
Kontradiksi
antara Pendidikan Globalisasi dengan Keragaman Budaya
Sepintas antara
Globalisasi dengan Keragaman Budaya tampak ada kontradiksi. Globalisasi di satu
sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan manusia di muka bumi
ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi lainnya
keanekaragaman Budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada perbedaan
diantara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.
Fungsi pengajaran IPS, antara lain
membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri
pribadinya, menolong mereka untuk mengetahui dan menghargai masyarakat global
dengan keanekaragaman budaya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam
mengambil keputusan untuk masa datang, mengembangkan keterampilan menganalisis
dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan pengembangan,
berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (Skeel, 1995:11).
Pengajaran Globalisasi dalam IPS harus
mengandung tujuan :
1. Mampu
menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda, tetapi sebagai manusia
memiliki kesamaan-kesamaan.
2. Membantu
siswa mengembangkan kemampuan berfikir kritis terhadap masalah-masalah dunia
dan keterampialan menganalisis informs yang diterimanya.
Dari tujuan-tujuan pembelajaran dalam IPS
diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian keragaman budaya dan
ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan
tingkat pendidikan dan kematangan jiwa.
Dengan pendidikan globalisasi kita
mengetahui bahwa masalah pembauran berkenaan dengan adanya golongan minoritas
dalam budaya mayoritas, tidak hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tetapi juga
oleh beberapa Negara lain di muka bumi,, seperti Smerika Serikat dengan masalah
pembauran golongan kulit hitam dengan penduduk kulit putih.
Dari pendidikan globalisasi kita bisa
mengambil manfaat dan pelajaran dalam memecahkan masalah yang sama. Kita sadar
tidak hanya masalah pembaruan yang dihadapi oleh beberapa Negara, masih banyak
masalah dan isu yang lebih besar, seperti :
1. Kepadatan
Penduduk
Mendorong
urbanisasi serta berjangkitnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh
kelaparan dan kemiskinan (termasuk kemiskinan pengetahuan). Contoh terjadinya
bencana kelaparan di berbagai Negara yang belum berkembang.
2. Pencemaran
Lingkungan
Tidak
kalah pentingnya dengan masalah-maslah lainnya. Masalah pencemaran lingkungan
juga hartus mendapatkan perhatian yang serius dari setiap warga dunia yang
dimulai dari diri sendiri.
3. Krisis
Energi
Baik
persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, organisasi Negara penghasil
minyak dunia (OPEC) masalah harga maupun penelitian tentang sumber energi
pengganti.
4. Jarangnya
antara Negara Kaya dan Negara Miskin
Hal
ini yang melatarbelakangi lahirnya beberapa organisasi kerjasama bilateral
(antara 2 negara). Contohnya Indonesia dan Jepang.
5. Populasi
Meliputi
seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat
industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.
6. Perang
Nuklir
Berkaitan
dengan akibat-akibat yang dihadapi oleh umat manusia jika perang tersebut
benar-benar terjadi. Berdasarkan pengalaman yang diakibatkan oleh jatuhnya bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki, kita tidak bisa membayangkan jika yang jatuh
tersebut adalah bom nuklir, yang memiliki kekuatan dahsyat.
7. Perdagangan
Internasional
Meningkatkan
hubungan saling ketergantungan diantara bangsa-bangsa mendorong lahirnya
gagasan untuk menata perdagangan internasional.
8. Komunikasi
Perkembangan
media komunikasi dewasa ini, mampu menghilangkan batas-batas Negara melalui
televise, internet yang dapat di askes dimana saja.
9. Perdagangan
Obat Terlarang
Pada
kenyataannya akibat penggunaan obat-obat terlarang, terutama di kalangan
geerasi muda yang dapat menghancurkan diri mereka sendiri dan akan berdampak
jelek pada lingkungan sekitar atau daerah mereka, dan pastinya akan berdampak
lagi kepada Negara yang lebih globalnya lagi pada dunia. Padahal, semua sadar
betapa bahayanya akibat yang ditimbulkan oleh obat-obatan terlarang.
Dari beberapa contoh masalah-masalah
tersebut, membuat kita semakin kecilnya dunia dan betapa makin pendeknya jarak
antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Masalah-masalah dan isu-isu tersebut
diatas adalah tanggung jawab satu bangsa semata. Walaupun demikian, setiap
bangsa harus tetap saling menghargai dan menghormati jika seandainya di dalam
usaha memecahkan persoalan-persoalan tersebut setiap bangsa memakai cara dan
pendekatan yang berbeda, yang diperhatikan bahwa memiliki kepentingan yang sama
terhadap kehidupan dunia yang lebih baik di masa sekarang dan yang akan datang.
D.
Pengaruh
Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan
Indonesia
Mempelajari IPS di SD,
konsep-konsep sejarah dan antropologi mempunyai porsi yang cukup besar. Ruang
lingkup pengajaran sejarah di sd antara lain meliputi: sejarah lokal,
kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh sejarah, bangunan bersejarah, Indonesia
pada zaman penjajahan, dan beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan.
Perkembangan kebudayaan di Indonesia
tidak dapat pula diabaikan, karena hal ini merupakan bagian dari perkembangan
bangsa Indonesia sendiri.
Sejak perkembangan kebudayaan Indonesia
dapat dibagi ke dalam empat masa, yaitu masa pra sejarah, masa purba (kuno),
masa madya, dan masa modern.
1. Kebudayaan
Masyarakat Indonesia
Manusia
adalah makhluk yang berpikir dan berakal, dengan pikiran itu ia menghasilkan
berbagai alat dan cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Segala
cara dan alat yang lahir atas akal manusia itu disebut kebudayaan.
Budaya
adalah ciptaan manusia, tapi budaya menguasai kehidupan manusia, karena itu
kebudayaan disebut superorganik. Kebudayaan merupakan salah satu bagian dari
kehidupan sosial kemasyarakatan.
2. Beberapa
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan:
Culture (Inggris): Kultur (Jerman): Cultur (Belanda): Colore (Latin),
yang mengerjakan, memelihara, memuja.
a. H.
Takdir Alisyahbana: Kebudayaan adalah manifestasi dari cara pikiran manusia.
b. H.
Agus Salim: Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budi mengandung
makna akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat, ikhtiar, perasaan. Sedangkan
daya mengandung makna tenaga, kekuatan kesanggupan.
c. Jadi
kebudayaan merupakan himpunan segala daya upaya yang dikerjakan menggunakan
hasil pendapat budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai
kesempurnaan.
d. Koentjaraningrat:
Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat unsur-unsur kebudayaan adalah:
a. Sistem
religi.
Agama dan
sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan.
Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan
Agama sebagai “sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa
berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang
menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk
mendapatkan kebahagiaan sejati”.
b. Sistem
organisasi kemasyarakatan.
Organisasi
kemasyarakatan adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk
yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi kemasyarakatan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
c. Sistem
pengetahuan.
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan
harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut
logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
d. Bahasa.
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan
diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tatakrama masyarakat, dan sekaligus
mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
e. Kesenian.
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk
yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian
mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f. Sistem
mata pencaharian.
Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
• Berburu dan
meramu
• Beternak
• Bercocok tanam
di ladang
• Menangkap ikan
g. Sistem
teknologi dan peralatan.
Teknologi
merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau
teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan
perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.
e. C.
B. Taylor: Kebudayaan ialah suatu kesatuan yang terjalin, meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum dan tiap kesanggupan yang diperoleh
seseorang sebagai anggota masyarakat.
f. Ashley
Monlagu: Kebudayaan ditafsirkan sebagai cara hidup suatu bangsa, lingkungan
dimana segolongan manusia mendiami wilayah yang sama sebagai anggota masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
3. Kebudayaan
Nasional
Kebudayaan
Nasional dibentuk oleh unsur-unsur kebudayaan suku/kebudayaan daerah yang masuk
ke daerah kebudayaan lain dan diterima oleh daerah lain tersebut.
Kebudayaan
Nasional adalah kebudayaan daerah yang ada di seluruh wilayah Indonesia, serta
berkembang sepanjang sejarah. Kebudayaan dari luar dapat memperkaya kebudayaan
nasioanal. Pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional harus dilakukan
bersama-sama dengan pembinaan bangsa.
4. Pengaruh
Kebudayaan Barat
Masuknya
bangsa-bangsa Barat dari Asia Tenggara khususnya di Indonesia pada abad 16
secara bertahap membawa bangsa Indonesia ke dalam lingkungan perdagangan
Internasioanal dan bersamaan dengan itu secara bertahap masuknya kekuasaan
asing di Indonesia, yaitu secara berturur-turut bangsa Portugis, Spanyol,
Inggris, dan kemudian Belanda.
Sejak awal abad ke-20 sangat terasa
pengaruh kebudayaan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia, khususnya di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Berbagai teknologi yang diterapkan,
termasuk sistem pendidikan yang digunakan banyak yang berasal dari Barat.
Sementara itu, dalam kehidupan kebudayaan, seperti dalam seni bangunan, seni
lukis, seni ukir, seni musik, terasa pula ada pengaruhnya dari kebudayaan
Barat.
Beberapa
pengaruh dari kebudayaan Barat anrata lain :
a. Perubahan
sikap hidup yang semula mementingkan kehidupan kerohanian, ramah tamah, dan
gotong royong, menjadi materialistic, dan individualistis.
b. Terbentuknya
pusat-pusat pemerintahan: kota provinsi, kota kabupaten, kota distrik. Pusat
kota adalah alun-alun yang dikelilingi gedung-gedumg penting.
c. Terdapat
dua lapisan sosial, yaitu kaum buruh dan pegawai. Kebudayaan dengan mentalis
pegawai masih mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesian sampai sekarang.
d. Tersebarnya
agama Kristen yang disiarkan oleh organisasi-organisasi penyiaran agama (Missie
dan Zending). Penyiarannya terutama di daerah yang penduduknya belum
terpengaruh Hindu, Budha atau Islam, antara lain Irian Jaya, Maluku Tengah,
Maluku Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur dan
Pedalaman Kalimantan.
e. Bahasa
dan kesenian serta ilmu pengetahuan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada
dasarnya pendidikan adalah eksperimen yang tidak pernah selesaisampai kapan
pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena
pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang.
Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan
inovatif dalam segala bidang kehidupannya. IPS tradisional lebih mengacu kepada
guru yang berperan aktif. Sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuan
kreativitasnya.
Dalam
proses pembelajarannya IPS harus mampu mengembangkan ssikap hormat dan
menghargai akan tanggung jawab sebagai warga Negara sekaligus menerima
keanekaragaman budaya di dalamnya. Hidup bersama antarsesama penghuni bumi
haruslah disadari oleh kesadaran di samping ada kesamaan ada pula perbedaan.
Perbedaan tersebut tercipta karena budaya, lingkungan, ekonomi, politik, dan
teknologi. Namun pendididkan global lebih menonjolkan persamaan dari pada
perbedaan yang menuju suatu konflik atau pun ketidakharmonisan di muka bumi.
Saran
Pada
umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini
menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis (critical thinking
skills), namun ada hal yang unik dalam pendidikan global, yakni fokus
substansinya yang berasal dari hal-hal mendunia yang semakin bercirikan
pluralisme, interdependensi dan perubahan. Tujuan pendidikan global adalah
untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan sikap
(attitudes) yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia yang sumber
daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme
budaya dan semakin saling ketergantungan. Perlunya meningkatkan orientasi para
siswa dalam wawasan internasional semakin disadari. Meskipun demikian, khusus
di Indonesia, upaya untuk meningkatkan dan memperluas pemahaman global pada
lembaga pendidikan dasar dan menengah masih perlu diberdayakan.
Dafrar
Pustaka
Huriah
Rachmah, 2014. Pengembangan Profesi
Pendidikan IPS, Bandung: Alfabeta.
Rudy
Gunawan. 2013. Pendidikan IPS Filosofi,
Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Sapriya.
2009. Pendidikan IPS Konsep dan
Pembelajaran, Rosda.
Cahaya
Putra Negara. 2012. Pendidikan IPS
Tradisional dan Modern. http://catkulku.blogspot.co.id/2012/06/pendidikan-ips-tradisional-dan-modern.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar